TANGERANG, JOGPAPER.NET — Pakar manajemen pendidikan tinggi (PT), Prof Edy Suandi Hamid menandaskan PT harus secara serius dan rutin melakukan audit mutu internalnya. Saat ini, masih banyak PT yang melakukan audit internal ala kadarnya saja, hanya basa-basi atau sekedar memenuhi formalitas. Akibatnya tujuan audit internal tidak tercapai dan PT tersebut hanya menghamburkan energi dan biaya.
Prof Edy Suandi Hamid mengemukakan hal tersebut pada Pelatihan Auditor dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia di kampus Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Ahad (7/4/2019). Kegiatan yang diikuti 60 peserta dari PTM berlangsung selama tiga hari ke depan.
Lebih lanjut Edy mengatakan di masa mendatang persaingan global antar PT kian ketat. Karena itu, setiap PT dituntut untuk menyiapkan lulusan yang kreatif-inovatif, serta melek teknologi.
“Untuk itu, dalam setiap PT perlu banyak tenaga auditor yang kompeten dan qualified. Kegiatan ini harus dilakukan berbasis kesadaran internal, bukan karena adanya tuntutan regulator atau perintah Kemenristek-dikti (Kemenerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi),” kata Edy.
Menurut Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta yang juga mantan Ketua Umum APTISI, saat ini, banyak PT yang melakukan audit internal ala kadarnya saja. Mereka hanya basa-basi atau memenuhi formalitas regulasi Kemenristekdikti.
“Karena secara substantif tidak memberikan manfaat apa-apa. Padahal dari audit internal ini diharapkan bisa memotret utuh kualitas dari unit-unit yang diaudit, dan bagaimana proses akademik dilakukan. Dapat diketahui apa kekurangannya, apa yang harus diperbaiki dan dilakukan ke depannya,” tandas Prof Edy Suandi Hamid.
Berdasarkan pengalamannya sebagai Rektor UII, Edy mengatakan dengan audit mutu bisa dicermati kesesuaian antara standar pendidikan tinggi yang ditetapkan PT dan kenyataan di lapangan. Jika audit bisa dilakukan rutin setiap semester, ditangani tenaga yang kompeten, kemudian ada tindak lanjut hasil, maka bisa diharapkan akselerasi perbaikan mutu lembaga akan terjadi.
Selain itu, kata Edy, kompetisi antar unit untuk perbaikan kualitas juga akan terjadi. Hal ini akan menimbulkan evolusi berkelanjutan sehingga terjadi percepatan peningkatan mutu secara terus menerus.
“Jika ini sudah terjadi, maka budaya mutu juga akan mewujud. Ini berarti perguruan tinggi tersebut sudah punya modal besar untuk bersaing bukan saja pada level lokal, atau nasional, tetapi juga global. Akreditasi Unggul juga akan mudah diperoleh, bahkan akreditasi internasional,” tutur Wakil Ketua Majelis Diktilitbang (Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan) PP Muhammdiyah ini.