UII Mengajak Perguruan Tinggi Maju Bersama

Rektor UII dan nara sumber lain saat memberikan keterangan pers di Kampus UII Yogyakarta, Rabu (17/7/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) mengajak perguruan tinggi di Indonesia masuk ke dalam ‘Indonesia Higher Education CIO Forum’ (IHE CIO Forum) untuk kemajuan bersama. Saat ini baru 84 dari 4.500-an perguruan tinggi yang tergabung dalam ‘Indonesia Higher Education CIO Forum’. Melalui forum ini perguruan tinggi dapat mengakses berbagai informasi dari dalam maupun luar negeri untuk kemajuan.

Demikian diungkapkan Rektor UII, Fathul Wahid, ST, MSc, PhD kepada wartawan di sela-sela pembukaan ‘Indonesia Higher Education CIO Forum’, Rabu (17/7/2019). Kegiatan ini diikuti sekitar 150 Rektor dan pimpinan teknologi informasi dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta dan sekitarnya.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Rathul mengatakan CIO (Chief Information Officer) adalah adalah manajer Teknologi Informasi (TI), direktur TI, kepala Pusat Komunikasi dan lain-lain. Mereka yang bertanggung jawab untuk mengelola pusat informasi perguruan tinggi.

“Forum ini dimaksudkan untuk tukar pengalaman penggunakan teknologi informasi dan content yang ada di dalamnya. Sehingga penggunaan TI yang optimal akan memberikan nilai tambah bagi perguruan tinggi,” kata Fathul.

Menurut Achmad Basuki dari Indonesian Research and Education Network (IdREN), tata kelola teknologi informasi di perguruan tinggi masih harus diperbaiki. “Sejauh ini IT masih menjadi penghambat kemajuan perguruan tinggi. Sebab kapasitas IT di berbagai perguruan tinggi tidak sama. Kita harus membuat networking, forum penjaga IT perlu ada. Agar pengelolaan IT bisa lebih baik,” kata Basuki.

Sedang Muhammad Andri Setiawan, CIO UII mengatakan pengelolaan teknologi informasi dewasa ini masih sering menjadi kendala para pimpinan di lingkungan pendidikan tinggi. Kendala tersebut terutama pada segi pengorganisasian layanan agar sejalan dengan misi dan tujuan strategis institusi pendidikan tinggi.

“Kendala tersebut dikarenakan masih banyaknya pemahaman dan perubahan mindset yang kurang tepat. Sehingga kendala diselesaikan dengan cara yang berbeda-beda dan sifatnya isolatif pada masing-masing organisasi,” kata Andri.

Padahal, kata Andri, seiring lajunya transformasi digital, terlebih dengan hadirnya industri 4.0, kebutuhan untuk memahami solusi teknologi informasi bagi pendidikan tinggi menjadi sebuah keharusan. “Untuk itu diperlukan upaya yang dapat menyatukan organisasi-organisasi pendidikan tinggi secara bersama dan memperkenalkan manajemen tata kelola layanan teknologi informasi dan implementasinya, doing the right things dan doing the things right,” tandas Andri.

Sementara Kepala Layanan Lembaga Pendidikan Tinggi (L2Dikti) V, Prof Dr Didi Achjari, SE, Mcom, Akt, CA, berharap setiap perguruan tinggi memiliki CIO yang akan membantu percepatan di dalam perkembangan. “Tidak semua perguruan tinggi menyadari peran IT. Mereka  masih memandang IT hanya sebagai alat untuk membantu efisiensi. Belum dipandang sebagai nilai tambah,” kata Didi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *