MAGELANG, JOGPAPER.NET — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata, Universitas Islam Indonesia (KKN UII) Angkatan 60 melatih warga Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah mengolah sayuran yang berlimpah menjadi kimchi. Pengolahan ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan masyarakat Bandungrejo memperoleh penghasilan yang lebih besar.
“Desa Bandungrejo merupakan penghasil berbagai macam sayur-sayuran. Tetapi ada kecenderungan saat musim panen, hasil melimpah harga murah sekali. Sehingga mereka sering mengalami kerugian,” kata Audrey Athaya Galuh Kinanti, mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII yang didampingi Bagus Surya Saputra, Muhammad Ihsan Yanuar, Rahanisa Puspita, Riyanda Fitra dan Auliya Trisnandian Shadiq di Balai Desa Bandungrejo, Rabu (19/2/2020).
Workshop pembuatan kimchi bertema “Kampus Merdeka: Bandungrejo Maju, melalui Inovasi Rumah Produksi KKN UII Angkatan 60.” Nara sumbernya, Dr Arif Hidayat, ST, MT, Sekretaris Program Studi Teknik Kimia FTI UII. Workshop diikuti warga dan dihadiri Pujiono, Kepala Desa Bandungrejo. Sedang mahasiswa KKN UII Angkatan 60 didampingi Dosen Pembimbing Lapangan 2, Rofik El Rois.
Dijelaskan Audrey, kimchi merupakan hidangan tradisional Korea dari sayuran yang difermentasi dan rasanya asin. Sayuran yang digunakan biasanya kol dengan bumbu gula, garam, bawang, bawang putih, jahe, dan cabai.
Selain kol, kata Audrey, kimchi juga dapat dibuat dari sayuran lain, termasuk lobak, seledri, wortel, mentimun, terong, bayam, daun bawang, bit, dan rebung. Semua sayuran ini sangat melimpah di Desa Bandungrejo.
Cara mengolahnya, jelas Audrey, sangat mudah. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam toples atau kendi lalu ditutup rapat untuk proses fermentasi selama beberapa hari hingga satu minggu.
Setelah fermentasi, ujar Audrey, kimchi dapat disimpan hingga 1 tahun. Kimchi akan terus berfermentasi tetapi pada tingkat yang lebih lambat pada suhu dingin. Namun jika mencium bau busuk atau terlihat tanda-tanda jamur, seperti lapisan putih di atas sayuran, tandanya kimchi tersebut telah rusak dan harus dibuang.
“Selain bercitarasa lezat kimchi mengandung bakteri probiotik yang baik untuk kecantikan, pencernaan, mengurangi racun dalam tubuh dan memperkuat sistem imun,” kata Audrey.
Kimchi menjadi salah satu produk unggulan di samping produk yang telah ada di desa tersebut yaitu kripik kimpul, kripik kentang, kripik singkong dan kripik pegagam. “Ke depan, kimchi diharapkan menjadi icon Desa Wisata Bandungrejo, dengan pilihan nasi goreng kimchi (kimchi bokkeumbap), sup kimchi (kimchi stew), pancake kimchi (kimchijeon) dan Kimchi ramen,” pungkas Audrey.
Sementara menurut Rois workshop pembuatan kimchi merupakan implentasi amanat Rektor UII, Prof Fathul Wahid, ST, MSc, PhD saat membuka ekspo di tempat yang sama, Rabu (31/7/2019). Saat itu, Fathul Wahid berpesan agar mahasiswa KKN UII yang ditempatkan di desa mitra dapat menerapkan konsep pendekatan one village, one product, one concept. “Tantangan mahasiswa KKN UII adalah selain menemukenali juga harus melakukan inovasi dan pengembanganan potensi yang ada secara berkelanjutan,” kata Rois.