TOKOH PERS Nasional, Parni Hadi mengungkapkan media massa, baik yang konvensional ( cetak, radio dan televisi) maupun media sosial (on line/internet-based) wajib membantu mengembangkan perguruan tinggi. Salah satu caranya, menampung dan menyebarluaskan hasil karya gagasan (tulisan, gambar dan suara) civitas academica dan mempromosikan perguruan tinggi.
Parni Hadi mengemukakan hal itu dalam pidato ilmiah di Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta, Senin (31/10/2016). Pidato ilmiah ini dihadiri Rektor UIC Dr Musni Umar, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Fahmi Idris, Eddy Nalapraya, para aktivis mahasiswa tahun 1978, tokoh-tokoh ICMI, tokoh HMI/KAHMI dan tokoh Islam lainnya.
Lebih lanjut Parni Hadi yang juga Pimpinan Umum Harian Republika (1993-2001) mengatakan wartawan dan media tempat ia bekerja dan dosen dengan perguruan tingginya adalah sama-sama pewaris tugas kenabian. Sehingga keduanya perlu kerjasama yang saling mencerdaskan dan menguntungkan.
Wartawan dan guru adalah pewaris tugas kenabian yang tertuang dalam Surat Kahfi ayat 56 (QS: 18:56). Artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.”
Kerjasama timbal balik wartawan dan dosen, lanjut Parni, harus win-win solution dan saling melengkapi. Awak media berasal dari perguruan tinggi harus ingat almamater, serta konsep family campus: Alumni and Almamater growing together.
“Harapan saya seluruh civitas academica ikut gerakan menulis yang saya inisiasi dengan gerakan perempuan menulis bersama Kowani di Jakarta sekitar bulan April 2016 lalu,” tegas Parni Hadi yang juga pernah menjabat Direktur Utama Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.
Menurut Parni Hadi, gelar akademis tidak selalu identik dengan intelektualitas. Sedang intelektualitas tidak identik dengan produktivitas. Produktivitas tidak selalu berarti utilitas (manfaat). “Masih akan ditambah utilitas sering tidak sejalan dengan moralitas. (Utility is not always in line with morality). Moralitas dapat mencerminkan religiousitas (Morality can reflect religiousity),” tandas Parni yang pernah menjabat Direktur Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) tahun 2005-2010.
Penulis : Heri Purwata