YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Bayu Wahyudi berhasil mengolah ubi kayu pahit menjadi tiwul instan dengan optimalisasi kandungan protein dan aneka rasa menggunakan metode Taguchi. Hasil penelitiannya ini mengantarkan Bayu Wahyudi lulus dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri Program Magister, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta.
“Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan protein dan rasa tiwul instan dari ubi kayu pahit. Ubi kayu pahit dipilih karena masih banyak dibudidayakan karena dapat menghasilkan ubi kayu yang relatif tinggi di Desa Sumber Agung, Kecamatan Lempuing, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan,” kata Bayu kepada wartawan secara virtual dari Kampus Universitas Muhammadiyah (UM) Palembang, Senin (6/12/2021).
Saat memberikan keterangan press, Bayu didampingi Merisha Hastarina, Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Palembang, Nidya Wisudawati dan Tuwandi Juniarto, keduanya dosen Prodi Teknik Industri UM Palembang. Dosen pembimbing tesis, Prof Dr Ir Hari Purnomo MT. IPU dan Ir Ali Pharkan MT.
Dijelaskan Bayu, penelitiannya menggunakan metode Taguchi. Perancangan eksperimen taguchi diawali dengan penentuan variabel respon yaitu kandungan protein dan rasa. Kemudian penentuan faktor-faktor dan level faktor yang diduga memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel respon.
Faktor-faktor yang diidentifikasi dan dipilih dalam penelitian ini adalah kacang koro pedang, gandum, lama fermentasi, dan kalsium hidroksida dengan masing-masing memiliki tiga level. Sampel berupa tiwul instan hasil eksperimen kemudian dilakukan pengujian kadar protein dengan uji Kjeldahl. Sedang pengujian rasa dilakukan dengan uji Organoleptik terhadap 30 orang responden.
Hasil penelitian, kata Bayu, menunjukkan semua faktor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kandungan protein tiwul instan. Kacang koro pedang memberikan pengaruh kontribusi sebesar 85.28%. Semua faktor memberikan pengaruh signifikan terhadap rasa tiwul instan dengan faktor tepung gandum memberikan pengaruh kontribusi sebesar 32.31%.
Hasil eksperimen diperoleh kombinasi level faktor optimal yaitu A3-B1-C1-D1 (kacang koro pedang 30%, gandum 10%, lama fermentasi 24 jam, dan konsentrasi kalsium hidroksida 5%). “Hasil ini dapat meningkatkan kandungan protein dari kondisi semula 1.70% menjadi 8.12%, dan meningkatkan rasa tiwul instan dari semula 5.8 menjadi 5.85,” kata Bayu.
Dijelaskan Bayu, masyarakat Desa Sumber Agung menanam ubi kayu pahit ini di lahan transisi. Lahan yang semula hutan kemudian ditebang pohonnya untuk dijadikan lahan pertanian. “Ubi kayu pahit ini sengaja dipilih warga agar aman dari gangguan binatang liar,” kata Bayu.
Masyarakat di sana pun sudah banyak yang mengolahnya menjadi tiwul instan, tetapi belum ada sentuhan peningkatan kalori dan berbagai rasa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi program ketahanan pangan dan tiwul memiliki kandungan kalori setara beras. “Kendala yang masih dihadapi saat ini adalah pemasaran tiwul instan berprotein tinggi dengan aneka rasa,” jelas Bayu.