YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Bunyi sirine dan kentongan yang bertalu-talu di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta, Selasa (26/4/2022) pukul 10:00 WIB cukup mengagetkan warga kampus dan warga sekitar. Mereka bertanya-tanya ada apa gerangan sehingga ada bunyi sirine dan kentongan melalui pengeras Masjid Ulil Albab Kampus UII.
“Suara sirine dan kentongan dibunyikan tepat pukul 10:00 WIB. Sempat mengagetkan warga kampus. Itu sebagai tanda peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang diprakarsai SPMKB (Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana) UII bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Erasmus Building Universities in Leading Disaster resilience (BUilD),” kata Dr Ir Arif Wismadi, MSc, Direktur Pembinaan & Pengembangan Kewirausahaan/Simpul Tumbuh UII.
Arif Wismadi menggambarkan peringatan kebencanaan ini identik dengan cerita, satu kampung ahli ibadah dan ada satu orang ahli maksiat. Tetapi para ahli ibadah ini tidak pernah memperingatkan kepada satu orang yang ahli maksiat. Sehingga kampung tersebut berpeluang terkena bencana.
Berbeda, lanjut Wismadi, jika satu kampung ahli maksiat dan hanya satu orang yang ahli ibadah. Namun seorang yang ahli ibadah ini selalu mengingatkan kepada warga agar tidak melakukan maksiat atau kembali ke jalan yang lurus. Kampung ini akan terhindar dari bencana.
“Amar ma’ruf nahi mungkar, itu aspek penting yang dilakukan SPMKB UII untuk menurunkan tingkat resiko bencana. Kemudian didukung aspek ilmiah dari UII sebagai peneliti kebencanaan untuk menekan korban jiwa,” kata Wismadi.
Dr Dwi Handayani, ST, MSc, Kepala Divisi Pendidikan Lanjut/Lembaga Sertifikasi Profesi mengatakan SPMKB UII bekerjasama dengan BNPB untuk mengedukasi tentang kebencanaan kepada masyarakat. Terutama meningkatkan budaya penanggulangan bencana.
SPMKB UII bersama dengan anggota Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB) sepakat untuk memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional tanggal 26 April 2022. Secara nasional perguruan tinggi yang tergabung dalam FPT PRB membunyikan lonceng, sirine dan kentongan di kampus masing-masing pada pukul 10:00 waktu kampus setempat.
Tema peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional ini “Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana.” Sedang pesan yang disampaikan kepada masyarakat “Siap Untuk selamat.” “Jadi komitmen bersama bila terjadi bencana, kita siap untuk selamat,” kata Dwi Handayani.
Perguruan tinggi yang tergabung FPT PRB yaitu UII, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, UPN Veteran Yogyakarta (UPNY), Politeknik Negeri Medan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sahid Jakarta, Universitas Sari Mutiara, Universitas Muhammadiyah Klaten, Universitas Muhammadiyah Surakarta, ITB, dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Ketua Program Studi S1 Arsitektur UII, Dr Yulianto P Prihatmaji, ST, MT, IAI,IPM, mengatakan sebagian besar korban bencana disebabkan konstruksi gedung tidak digunakan sesuai peruntukan. Fungsi tangga darurat itu sebagai jalan penyelamatan bila terjadi bencana.
“Namun banyak hotel yang menggunakan tangga darurat sebagai gudang. Untuk menyimpan kasur. Sehingga ketika terjadi bencana kebakaran jalan penyelamatan tertutup dan justru kasur menjadi bahan bakar yang menimbulkan asap tebal. Orang mengirup asap terus pingsan dan mati terbakar,” kata Yulianto.
Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan, Ir Wiryono Raharjo, MArch, PhD mengatakan SPMKB UII merupakan katalis kesiapsiagaan bencana. Ini merupakan program dari Erasmus+BUilD yang didanai universitas Uni Eropa untuk mempersiapkan universitas tangguh bencana.
“SPMKB UII dirancang untuk menjadi center of excellance untuk isu kebencanaan. Ada delapan universitas di Indonesia yang mempunyai unit yang sama dengan SPMKB UII dan tampil dengan nama yang berbeda,” kata Wiryono.
Sementara Prof Ir H Sarwidi, MSCE, PhD, AU mengatakan berdasarkan The World Risk Index tahun 2021, Indonesia berada pada peringkat 38 dari 181 negara paling rentan bencana. Karena itu, upaya penanggulangan bencana bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama.
Kesiapsiagaan bencana, kata Sarwidi, perlu dibangun sejak dini, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Kemudian meluas ke sekolah dan komunitas-komunitas masyarakat.
“Kesiapan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana akan menentukan besar kecilnya dampak dari bencana yang akan diterima. Jika masyarakat siap tentu akan membantu dalam pengelolaan risiko bencana,” kata Sarwidi yang juga Penasehat BNPB.
Dijelaskan Sarwidi, tanggal 26 April ditetapkan sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional berdasarkan pada pengesahan Undang-undang tentang Penanggulangan bencana. “Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 26 April 2007 di Jakarta. Kemudian tanggal pengetokan UU itu dijadikan sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional,” kata Sarwidi.