YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Seluruh komponen anak bangsa agar terus merawat persatuan dan kebhinekaan di tengah perbedaan politik yang selama ini mengedepankan perseteruan ideologis yang tidak berkesudahan. Hal ini akan membawa bangsa masuk ke jurang disrupsi kebangsaan dan rawan bagi bangsa Indonesia.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir mengemukakan hal tersebut pada Syawalan UGM dan Kagama yang bertajuk Merawat Ukhuwah dan Meneguhkan NKRI di balairung UGM, Ahad (15/5/2022). Syawalan ini dilaksanakan secara luar jaringan (Luring) dan dalam jaringan (Daring) melalui platform video conference zoom meeting.
Dijelaskan Haedar Nashir, bangsa Indonesia akan maju jika bersatu. Sebaliknya, bila terpecah belah dan salah kaprah akan menjadi negeri yang bermasalah. Bangsa Indonesia memiliki energi kolektif yang masih kokoh untuk dijadikan kekuatan bersatu dalam semangat gotong royong dan memiliki spirit syawalan seperti sekarang ini.
Namun demikian, tambah Haedar, persatuan dan semangat kebersamaan menurutnya sering dirusak oleh aktor petualang politik dan buzzer yang nir etika dan pertanggungjawaban moral. “Politik hanya menjadi urusan kapital kekuasaan, minus kenegarawanan untuk mengembangkan ide, public goal dan visi keIndonesiaan menyatukan, mendamaikan, dan memajukan,” tandas Haedar.
Haedar menyambut baik tradisi kegiatan syawalan dan halal bihalal yang tumbuh subur di masyarakat. “Idul fitri bagi kaum muslim jadi ritual ibadah. Namun syawalan dan halal bihalal jadi tradisi sosial inklusif sebagai kanal sosial memupuk persaudaraan dan persatuan seluruh komponen anak bangsa, tempat berteduh anak negeri dalam suasana damai yang penuh arti,” tegasnya.
Haedar berpesan keluarga besar UGM melalui alumninya yang tergabung bisa memobilisasi kekuatan mencerahkan akal budi bangsa. Menurutnya sangat penting bagi UGM dan kampus lain di Indonesia meneguhkan posisi dan peran sebagai suluh moral dan kemajuan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang berkeadaban berdasarkan nilai Pancasila, agama, dan kebudayaan nasional menjadi basis.
“Kita punya potensi SDM menguasai Iptek dalam lingkup pergaulan yang luas di seantero negeri dan mancanegara termasuk keluarga besar UGM. Merekalah pewaris Indonesia masa depan, tunas bangsa ini memerlukan pusat orientasi keteladanan dan jangan dirusak mentalnya dengan korupsi dan segala bentuk oportunisme,” katanya.
Sedang Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo mengapresiasi para alumni yang memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui peran dan profesinya masing-masing. Ia mengaku terharu kegiatan Kagama cantelan, yakni program membagikan paket makanan atau sayuran secara gratis pada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan yang diinisiasi saat pandemi Covid-9 diawali dari Yogyakarta dan kemudian diduplikasi banyak daerah melalui pengurus Kagama daerah.
Saat berkunjung ke Makassar, kata Ganjar ia menceritakan kisah seorang anak kecil yang rela antri untuk mengambil cantelan yang dibagikan bersama orang dewasa. Sayang, anak kecil yang diketahui masih duduk di bangku sekolah dasar ini tidak kebagian.
“Ada anak yang ikut ngantri tidak ikut kebagian, nangis sejadi-jadinya. Anaknya ini butuh perhatian karena orang tuanya meninggalkan mereka. Ia punya adik yang berkebutuhan khusus. Sejak diviralkan saat tidak kebagian itu, akhirnya banyak yang membantu. Saya sengaja datang ke rumahnya. Ia masih SD, sekarang menjadi aktivis cantelan, banyak inspirasi teman Kagama,” kata Ganjar.
Sementara Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono, MEng, Deng mengungkapkan rasa bangga terhadap anggota dan pengurus Kagama di daerah yang sangat guyub dan rukun dengan melaksanakan tugasnya masing-masing. Mereka juga menjalan program pengabdian kepada masyarakat. “Kita ingin UGM dan Kagama selalu bersinergi meneguhkan NKRI dan merawat ukhuwah bangsa Indonesia,” kata Panut. (*)