YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sebanyak 30 personil dari penanggung jawab dan security gedung-gedung Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti ‘Pelatihan dan Simulasi Tanggap Darurat Risiko Bencana Kebakaran’ di Kampus Terpadu UII Jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta, Jumat (10/6/2022). Pelatihan yang digelar Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Kebencanaan (SPMKB) ini dimaksudkan untuk menumbuhkan budaya sadar bencana di lingkungan UII.
Demikian diungkapkan Dr Dwi Handayani ST, MSc, Kepala Divisi Pendidikan Lanjut/Lembaga Sertifikasi Profesi SPMKB UII kepada wartawan di sela-sela pelatihan dan simulasi. Pelatihan dan simulasi ini dirasa penting karena UII memiliki kampus di beberapa tempat dan banyak gedung fakultas. Sedang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi rawan bencana.
“Banyak bencana yang mungkin akan terjadi dan kapan pun. Salah satunya bencana kebakaran. Bencana bisa terjadi karena akibat bencana lainnya yaitu gempa bumi,” kata Dwi Handayani.
Dijelaskan Dwi Handayani, SPMKB UII dalam menjalankan programnya bekerjasama Erasmus+ Programme of The European Union, dan Building Universities in Leading Disaster resilience (BUiLD). “Harapannya, pengelola gedung dan security semakin sadar, memiliki knowledge dan skill dalam menanggulangi bencana kebakaran. Setelah mengikuti pelatihan mereka diminta agar menularkan kepada teman sejawatnya,” kata Dwi Handayani.
Sedang Ir Wiryono Raharjo MArch, PhD, Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan mengatakan program ketangguhan bencana yang dilaksanakan SPMKB UII beragam bentuknya. Selain pelatihan dan simulasi, juga sedang digodog pengembangan kurikulum di beberapa program studi (Prodi). “Sehingga kebencanaan menjadi salah satu elemen dari kurikulum,” kata Wiryono.
Lebih lanjut Wiryono mengatakan pelatihan seperti ini pernah dilakukan, tetapi tidak dilaksanakan secara reguler. Namun melalui peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022, UII memaknainya dan akan menjadikan sebuah gerakan yang reguler.
“Kita sadar di UII sendiri urusan yang berkaitan dengan Kesiapsiagaan Bencana masih perlu banyak dikoreksi. Sistem yang ada di UII belum sepenuhnya siap. Pelatihan dan simulasi ini menjadi salah satu langkah untuk memperbaikinya,” kata Wiryono.
Sementara Dr Yulianto Purwono Prihatmaji ST, MT dosen Arsitektur, Fakultas Tenik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII mengatakan ada dua hal yang didapatkan dari pelatihan dan simulasi ini. Pertama, peringatan tentang kebencanaan. “Ini memang harus kita ingat-ingat terus, sebab bencana tidak bisa kita prediksi, baik waktu, jenis, dan korbannya. Tetapi kesiapsiagaan bencana ini yang harus kita siagakan,” kata Aji.
Kedua, mengingatkan Indonesia memiliki beragam bencana, resiko itu menjadi bahasan penting. Indonesia beragam sekali bencana, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat belajar bencana atau living laboratory, baik kebakaran asap, erupsi gunung berapi, banjir dan lain-lain. Sehingga dalam membangun gedung wajib didesain untuk menghadapi bencana. (*)