SLEMAN, JOGPAPER.NET — Sampai saat ini masih ada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang belum berkembang secara optimal. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dalam penyajian laporan keuangan sesuai standar. Selain itu, orang yang memegang keuangan BUMDes tidak memiliki background pendidikan akuntansi.
Chief Executive Officer (CEO) Kantor Jasa Akuntan (KJA) ASP, Atik Sri Purwantiningsih, SE, MAcc, Ak.CA mengungkapkan hal tersebut dalam presentasinya menyambut kunjungan industri siswa dan guru SMK Takhassus Al-Qur’an Al-Fathoniyah Kertek Wonosobo ke Kantor KJA ASP yang berlokasi Perum Permata Hijau Ketawang Gamping Sleman.
“Karena kantor kami hanya satu rumah, sehingga tidak mampu menampung para siswa dan guru yang jumlahnya cukup banyak. Karena itu kami mohon maaf sebesar-besarnya, adik-adik kami terima di sini supaya bisa berdiskusi dan sharing dengan nyaman,” kata Atik di hadapan 78 siswa dan 12 guru pendamping SMK Takhassus Al-Qur’an Jurusan Akuntansi di Sekar Wangi Resto Sleman.
Lebih lanjut Atik mengutip data Sekretaris Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) 2018, ada 41.000 BUMDes dari total 74.957 desa. Omset BUMdes sebesar Rp 160 juta per bulan. Namun ada juga BUMDes yang belum berkembang secara optimal. Karena itu perlu pendampingan akuntan agar BUMDes berkembang lebih optimal.
Di bagian lain Atik yang juga sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DPC Sleman ini mengungkapkan peluang kerja bagi akuntan cukup banyak. Di antaranya, sektor privat ada 3 juta wajib pajak badan, 115 bank umum, 619 perusahaan tercatat di bursa, 115 BUMN, 1.597 Bank Perkreditan Rakyat, 138 asuransi. Kemudian di sektor perpajakan ada sekitar 42 ribu wajib pajak terdaftar di tahun 2018. Sedangkan Kantor Jasa Akuntan tahun 2019 tercatat sebanyak 495.
KJA ASP, kata Atik, banyak menerima karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan SMK Akuntansi karena jauh lebih matang. Sedang klien KJA ASP cukup banyak, puluhan perusahaan, belasan perguruan tinggi, belasan sekolah, belasan entitas non laba.
“KJA ASP juga melakukan inhouse training (perusahaan dan yayasan) dan public training di 200 entitas laba dan non laba di seluruh Indonesia serta ada juga klien personal perpajakan (dokter umum/spesialis, dosen dan pengusaha),” kata Atik.
Sementara Kepala Sekolah SMK Takhassus Al-Qur’an Al-Fathoniyah Wonosobo, Imron Rosadi, SKom mengatakan kegiatan ini merupakan kunjungan industri. Hal ini dimaksudkan agar anak didik jurusan akuntansi mendapat gambaran pekerjaan apa yang akan dilakukan setelah lulus. Selain itu agar menambah wawasan anak didik, pengalaman, jaringan, serta agar mempunyai wawasan yang lebih dibanding yang lain.
“Kami memilih KJA ASP sebagai tempat kunjungan bagi anak didik. Walaupun KJA ASP belum lama berdiri, namun sudah tumbuh menjadi kantor jasa akuntan yang kompetitif, diminati masyarakat dan manfaat untuk banyak pihak,” kata Imron. (*)