YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Program Kartu Prakerja merupakan platform tepat bagi masyarakat untuk menambah skill mereka. Hal ini berdasarkan post test pengguna program kartu prakerja dari Sabang sampai Merauke. Mereka merasakan, dengan mengikuti program tersebut, skill semakin terasah dan aksesnya pun fleksibel.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP), Denni Puspa Purbasari, MSc, PhD pada Kuliah Umum bertajuk Generasi Muda Berdaya dan Berkarya dengan Kartu Prakerja di Universitas Islam Indonesia (UII), akhir pekan lalu. Kuliah Umum bertajuk ‘Generasi Muda Berdaya dan Berkarya dengan Kartu Prakerja’ diselenggarakan UII bekerjasama dengan MPPKP.
Dijelaskan Denni Puspa Purbasari, Program Kartu Prakerja juga terintegrasi dengan lembaga-lembaga pelatihan terpercaya. “Lembaga pelatihan yang menjadi bagian dari ekosistem Program Kartu Prakerja telah diverifikasi dan divalidasi sebelum menyediakan berbagai jenis pelatihan sesuai kebutuhan dan minat masyarakat,” kata Denni Puspa Purbasari.
Lebih lanjut Denni Puspa Purbasari menjelaskan platform Program Kartu Prakerja, memberikan keleluasaan generasi bangsa untuk memilih skill pelatihan mandiri yang diminati. Program ini berusaha mengentaskan problematika alasan generasi yang enggan belajar dikarenakan tidak adanya modal. “Kartu prakerja memberikan saldo Rp 1 juta dan silakan bebas mengakses pelatihan yang diinginkan,” jelas Denni Puspa Purbasari.
Denni Puspa Purbasari berpesan kepada mahasiswa agar bisa menjadi pemuda pemilik jiwa kreatif, inovatif, dan tangguh. “Berpikirlah sebagai pemimpin Indonesia yang kreatif,” harapnya.
Sedang Rektor UII Prof Fathul Wahid, ST, MSc, PhD, mengatakan generasi muda sudah seharusnya menyiapkan diri untuk berkarya dan diniatkan mensejahterakan bangsa. “Bagi saya, kita memiliki tugas untuk saling mensejahterakan,” kata Fathul Wahid.
Menurut Fathul Wahid, mensejahterakan sesama merupakan ikhtiar meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. “Kartu Prakerja ini dipakai untuk melengkapi portofolio kalian, meningkatkan kreativitas untuk berkarya serta pengembangan diri di bidang yang diinginkan,” jelasnya.
Fathul Wahid juga mengingatkan ada satu peluang di kampus yang sering dilupakan yaitu menyemai dan membangun jaringan. “Saya berharap, mumpung masih menjadi mahasiswa, jalin relasi atau jaringan seluas-luasnya. Sebab jika bisa menyeimbangkan antara disiplin bidang ilmu yang ditekuni dan menjalin relasi, maka keterjualan di dunia kerja dan kesiapan diri untuk berkarya bisa diandalkan,” tambahnya.
Sementara Willy Tandra, Direktur Baking World mengatakan adanya disrupsi teknologi seakan-akan ada ketidaksesuaian antara disiplin bidang ilmu yang ditekuni dan fakta di masyarakat. Inilah yang membuat generasi muda terombang-ambing. “Tetapi, saat ini kalian yang sedang dicari oleh industri. Tingkatkan daya pikir untuk terus berkreativitas dan modali diri dengan mengikuti kegiatan di luar kampus,” kata Willy.
Menurut Willy, problematika generasi muda sekarang yang menginginkan segala sesuatu serba instan dan cepat. Ini merupakan salah satu dampak dari media sosial. Statistika menunjukkan bahwa pengangguran muda Indonesia enam kali lipat lebih banyak. “Tetapi mereka sewaktu-waktu bisa bekerja sesuai disiplin ilmu yang ditekuni atau skill yang dimiliki,” ujarnya. (*)