YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) Batik terapkan paradigma Circular Economy dalam menjalankan bisnisnya. Implementasi Circular Economy dapat mengurangi kadar CO2, meminimalisir cost serta mempercepat pelayanan terhadap pelanggan.
Tim dosen Jurusan Teknik Industri FTI UII terdiri Agus Mansur, ST, M Eng Sc, Elanjati Worldailmi, MSc, dan Wahyudi Sutrisno, MT. Sedang mahasiswa Program Studi (Prodi) Magister Teknik Industri adalah Syafa Tania P, Safina Baraba, dan Irham. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di UKM Batik Arimbi, Dusun Plalangan, Pandowoharjo, Kapanewon Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dijelaskan Agus Mansur, salah satu cara menerapkan Circular Economy adalah mengganti Cap Batik tembaga dengan Cap Batik dari kertas dan kayu. Sebab satu cap batik dengan material tembaga memerlukan biaya yang cukup mahal dan pembuatannya membutuhkan waktu yang relatif lama. “Biaya pembuatan cap batik tembaga sekitar Rp 950.000 – Rp 1.300.000 dan membutuhkan waktu selama satu bulan,” kata Agus Mansur.
Sedangkan pembuatan cap batik yang terbuat dari kertas dan kayu membutuhkan dana yang relatif kecil dan waktu pembuatannya singkat. “Cap batik dari kertas biayanya sekitar Rp 50.000 dan waktu produksi hanya selama 2-3 jam,” tambah Agus Mansur kepada wartawan secara virtual, Selasa (29/11/2022).
Menurut Agus Mansur, penghematan beaya produksi tersebut sangat berkaitan dengan Paradigma Circular Economy. UKM didorong lebih sadar akan keuntungan yang diperoleh melalui penutupan loop dan meningkatkan efisiensi sumber daya, seperti penghematan biaya, keunggulan kompetitif, dan akses ke pasar baru. “Program pengabdian ini menstimulus pergeseran dari paradigma Linear Economy ke Circular Economy di industri batik,” kata Agus.
Untuk membuat Cap Batik Kertas dibutuhkan peralatan gunting, kertas MDF, pensil, penggaris, lem Korea. Sedang langkah pembuatannya setelah peralatan siap, dilanjutkan melapisi kayu dengan potongan kertas MDF. Kemudian kertas MDF dipotong memanjang berukuran lebar 1,5 Cm dan dilanjutkan membuat pola batik.
Langkah berikutnya, kata Agus, melapisi pola batik dengan potongan kertas MDF. Lalu menambahkan lem pada pola yang telah dilapisi kertas MDF. Langkah terakhir melakukan pengecekan pola, tidak boleh ada kertas MDF yang renggang. Selanjutnya, Cap Batik Kertas siap digunakan.
Batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia yang telah diakui UNESCO merupakan komoditas yang memiliki potensi ekspor bagi Indonesia. Tingkat ekspor yang menurun setiap tahun menandakan kurangnya daya saing produk batik Indonesia di pasar internasional.
Karena itu, Tim PKM Teknik Industri UII mendorong UKM Batik untuk menerapkan Paradigma Circular Economy agar bisa cepat produksi dan berkualitas bagus untuk bersaing di pasaran internasional. “Harapanya dengan penerapan Paradigma Circular Economy, ekspor batik Indonesia dapat terus meningkat di masa depan,” harap Agus Mansur.
Juara 3 ISLI
Selanjutnya, ketiga mahasiswa menuangkan hasil pengabdian masyarakat tersebut ke dalam Poster Ilmiah. Poster tersebut diikutkan lomba pada Seminar Nasional dan Kongres Institute Supply Chain dan Logistik Indonesia (ISLI) 2022 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Oktober 2022 lalu. Poster Ilmiah ini berhasil mendapatkan gelar juara 3.
Dijelaskan Agus, ISLI merupakan perkumpulan para akademisi, peneliti, maupun praktisi yang memiliki ketertarikan pada pengembangan keilmuan dan inovasi pada bidang ilmu supply chain dan logistik. ISLI diharapkan berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas penelitian dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia di bidang Supply Chain dan Logistik.
ISLI beranggotakan 379 akademisi dari 111 universitas dan sembilan praktisi dari sembilan instansi yang tersebar di seluruh Indonesia. ISLI memfasilitasi kegiatan profesi anggotanya melalui konferensi, workshop, camp untuk mahasiswa, kolaborasi penelitian dan inovasi, kerjasama dengan industri dan pemerintah, serta peningkatan kualitas pendidikan. ISLI bersifat non-for-profit, kegiatannya lebih bernuansa kolegial, menjunjung integritas dan independensi serta berupaya mencapai keunggulan. (*)