YOGYAKARTA – Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar workshop pengolahan air limbah. Workshop yang digelar selama dua hari Rabu-Kamis (5-6/10/2016), diikuti berbagai perusahaan, organisasi, peneliti dan pemerhati pengolahan air limbah.
Menurut Wiratni Budhijanto PhD, dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM workshop diharapkan bisa membentuk asosiasi peneliti pengolahan air limbah. Sehingga ke depan ada standarisasi teknologi dalam pengolahan air limbah di Indonesia.
Lebih lanjut Wiratni mengatakan dalam workshop, peserta memaparkan berbagai hasil inovasi yang telah diterapkan untuk pengolahan air limbah berbagai industri di Indonesia. Selain itu juga ada riset tentang teknologi pengolahan air limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Tim peneliti UGM tengah mengembangkan desain anaerobic fluidized technology untuk pengolahan air limbah di TPA Piyungan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,” Wiratni Budhijanto di sela-sela workshop, Rabu (5/10/2016).
Menurut Wiratni persoalan pengolahan limbah cair di tempat pembuangan akhir selama ini belum dikelola dengan baik. Sehingga dikhawatirkan air limbah akan mencemari kualitas air tanah di daerah sekitar TPA.
Selama ini, pengolahan air limbah mengalami kesulitan karena memerlukan lahan kolam tampungan air yang cukup luas. “Teknologi yang kita kembangkan hemat tempat sehingga air limbah bisa diolah sebelum dibuang,” kata Wiratni.
Menurutnya teknologi yang dikembangkan peneliti UGM tersebut bisa dimanffatakan untuk perikanan. Ia bersama dengan peneliti lainnya tengah membuat desain kolam ikan vertikal sehingga tidak memakan lahan kolam begitu luas. “Teknologi yang kita kembangkan menggunakan smart aquaculture technology, menggunakan kolam vertikal dengan kedalaman dua meter. Sehingga kesulitan akan lahan bisa diatasi, kita akan menawarkan teknologi ini pada petani dan pengusaha untuk menjadi mitra riset,” katanya.
Wiratni menjelaskan prospek perikanan di Indonesia cukup potensial dan Indonesia menjadi negara pengekspor ikan nila terbesar. Ia menyebutkan salah satu perusahaan perikanan di Semarang menjual ikan nila ke Amerika Serikat.
Saat ini, perusahaan tersebut kewalahan memenuhi permintaan karena sulit mendapatkan lahan kolam budidaya serta ketersediaan suplai air bersih. “Mereka kesulitan untuk mendapatkan lahan untuk pengembangbiakan dan sulitnya air bersih. Teknologi yang kita kembangkan bisa menjadi solusi,” terangnya.
Anggota ikatan praktisi air limbah, Ivan Affandi, memaparkan tentang pentingnya dibentuk asosiasi insinyur pemerhati air limbah. Adanya asosiasi diharapkan memunculkan standarisiasi dan validasi teknologi baru yang akan masuk ke Indonesia. “Saat ini banyak teknologi yang masuk kadang baru skala laboratorium dijual ke Indonesia, perlu ada standar,” kata Ivan.
Penulis : Heri Purwata