YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Kelompok Studi Pasar Modal Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menggelar The 7th Capital Market Week (CMW). Gelaran ini mengangkat tema ‘Taking Opportunity in the Middle of Crisis through Capital Education to Grow Our Equity.’
Ketua Steering Committee (SC) The 7th CMW, Hanif Miftah Maulana mengatakan acara ini berlangsung selama tiga hari dengan dua materi yaitu, Investment Paper Analysis dan Capital Festival.
Lebih lanjut Hanif Miftah mengatakan hari pertama berupa opening ceremony, technical meeting, serta gala dinner dan hiburan yang diikuti top 10 tim yang lolos. Acara ini berlangsung di The Rich Jogja Hotel Yogyakarta, Jumat (23/6/2023).
Hari kedua, kata Hanif, kegiatan utama The 7th CMW yaitu Investment Paper Analysis, Sabtu (24/6/2023). “Melalui kompetisi ini diharapkan dapat memberikan wawasan terkait perhitungan dan penyusunan analisa valuasi perusahaan. Selain itu, menciptakan investor serta analisa pasar modal yang mumpuni dan dapat melihat peluang dalam keadaan apapun di masa yang akan datang,” kata Hanif.
Sedang di hari ketiga, berupa Seminar dan Talkshow Capital Festival dan pemberian penghargaan terhadap para juara. “Seminar ditujukan bagi kalangan muda, terutama yang tertarik dan ingin lebih lanjut mempelajari lebih dalam tentang investasi dan seluk beluknya,” katanya.
Seminar dan Talkshow menampilkan tiga nara sumber dengan topik ‘Update Perekonomian Dunia & Indonesia serta Financial Planning & Money Management for Millenials.‘ Acara offline ini akan dilaksanakan di Gedung Auditorium Fakultas Teknik Industri UII, Senin (26/6/2023). Ketiga nara sumber Yoga Arsana (Professional Trader); I Gusti N K Suadnyana, MBA (Senior Investment Specialist); dan Ryan Paradipta, SE ( Founder Sugih Maju Cemerlang dan Alumni Manajemen IP FBE UII 2009).
Dijelaskan Hanif, The 7th CMW dilatarbelakangi kondisi Indonesia sebagai negara berkembang memiliki peran penting dalam perekonomian global. Berdasarkan Survey Borderless Studies oleh Standard Chartered tahun 2021 menunjukkan Indonesia menjadi negara peringkat keempat Asia Tenggara sebagai negara yang paling disukai dalam hal peluang membangun atau memperluas sumber daya, penjualan, atau operasi perusahaan. Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati juga memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terbesar di dunia pada tahun 2030.
Selain itu, berdasarkan pernyataan Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) bahwa tekanan inflasi yang terus meningkat membuat ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju dan berkembang di dunia. Kemudian, International Monetary Fund (IMF) membuat peringatan dini terhadap potensi resesi global tahun 2023 dengan didukung dengan prediksi dari firma riset investasi Ned Davis Research bahwa terdapat 98,1% kemungkinan resesi pada tahun 2023.
Sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa Tiongkok, dan Jepang diprediksi akan mengalami resesi. Hal tersebut dapat dilihat dengan kenaikan Consumer Price Index negara maju di wilayah Amerika dan Eropa. Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang stabil setiap tahunnya tidak menghindari kemungkinan untuk mengalami resesi pada tahun 2023. (*)