YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Kalurahan Sinduadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerjasama mengolah sampah dengan teknologi penghilang bau. Peresmian Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Terintegrasi Sinduadi Gumregah Gayeng Regeng ini dilakukan Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, Senin (14/8/2023).
Peresmian disaksikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni UGM Dr. Arie Sujito dan Kepala Dinas Lingkungan HiduP Pemda DIY, Kuncoro Cahyo Adi. Pembukaan TPS Terintegrasi Mandiri Sinduadi ini ditandai pembukaan selubung papan nama.
Dijelaskan Dosen Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM, Ir Wiratmi, MT, PhD, salah satu teknologi yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah mandiri di Sinduadi ini adalah penerapan aplikasi teknologi penghilang bau. Menurut Wiratmi munculnya bau menyengat dari sampah disebabkan banyaknya kandungan air dalam sampah yang sudah terkontaminasi bakteri. “Kita buat teknologi untuk memeras cairan dalam sampah yang biasa kandungan airnya bisa mencapai 70 persen,” kata Wiratmi.
Teknologi lain, tambah Wiratmi, cairan sampah yang masuk ke mesin bioreaktor diubah menjadi pupuk cair dan diolah dengan kondisi tertutup sehingga mampu mengurangi bau. “Keuntungan lainnya volume padat bisa lebih kecil sehingga kita tidak perlu ruangan lebih besar untuk kelola sampah jadi kompos atau maggot. Kita juga memasukkan teknologi aerasi dengan memasukkan oksigen sehingga bisa menghasilkan pupuk cair secara cepat dan baik dan tidak meninggalkan bau,” jelas Wiratmi.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengatakan TPS Terintegrasi Mandiri ini merupakan hasil kerja sama kampus UGM dan Kalurahan Sinduadi. TPS ini merupakan percontohan dalam pengelolaan sampah mandiri di kelurahan se Kabupaten Sleman. “Kita ingin sampah bisa dikelola dan diselesaikan di tingkat kelurahan. TPS ini menjadi pilot project di kelurahan Sleman,” kata Kustini.
Bupati sangat mengapresiasi ide dan hasil inovasi dari kerjasama antara pemerintah desa dan UGM sehingga menghasilkan teknologi dalam pengelolaan sampah secara mandiri. “Kita harus berani melakukan inovasi dan mendekatkan hal ini dengan adanya dampak peningkatan perekonomian dari badan usaha kelurahan masing-masing,” katanya.
Sedang Ari Sujito menuturkan UGM memberikan perhatian khusus pada persoalan sampah yang menjadi isu dalam beberapa minggu terakhir. Isu sampah muncul setelah penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. “Sampah menjadi perhatian kita untuk bersama-sama memecahkan masalah itu bahkan bisa memunculkan inovasi yang tumbuh antara kampus dan komunitas,” kata Ari Sujito.
Penutupan TPST Piyungan, kata Ari Sujito, bisa menjadi momentum bagi Pemda dan Pemerintah Kelurahan untuk bergerak bersama-sama dengan akademisi untuk menyelesaikan masalah pengelolaan sampah. Sehingga sampah dapat diselesaikan di tingkat desa secara mandiri.
Sementara Lurah Sinduadi, Senen, menjelaskan pembangunan TPS Terintegrasi Mandiri di Kelurahan Sinduadi sudah muncul sejak 2019. Namun saat itu, adanya kendala dari sisi pendanaan dan baru bisa terwujud pada tahun 2023 dengan bekerja sama dengan akademisi UGM.
Kapasitas pengelolaan sampah Kalurahan Sinduadi ini baru 0,25 persen dari target 18 ton setiap hari. Senen bersyukur Tempat Pengolahan Sampah Mandiri ini sudah bisa beroperasi. “Kami merencanakan 18 ton per hari akan bisa tercapai 2-4 bulan mendatang dan kita harapkan Sinduadi bisa zero sampah,” kata Senen. (*)