YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengajak wisudawan-wisudawati untuk berpikir ulang menghadapi masa depan. Berpikir ulang adalah seni merenungkan kembali jalan yang sudah ditempuh, menelaah pengalaman yang telah dihayati, dan menggali makna dalam setiap langkah.
“Wisuda ini merupakan momen bagi Saudara untuk merenungkan tujuan, nilai-nilai yang diyakini, dan arah yang ingin ditempuh,” kata Prof Fathul Wahid saat mewisuda 1.327 lulusan baru di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir dalam dua gelombang, Sabtu dan Ahad (30/9 dan 1/10/2023).
Lulusan terdiri atas 5 doktor, 110 magister, 1.194 sarjana, dan 18 ahli madia. “Mereka adalah para duta besar UII di tengah-tengah masyarakat, untuk menebar manfaat kepada sesama,” kata Fathul.
Lebih lanjut Fathul Wahid mengatakan dalam dunia yang terus berubah, berpikir ulang adalah peta navigasi untuk menemukan jalan di tengah kompleksitas. Hal ini memerlukan kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, untuk mencari solusi yang lebih baik, dan untuk terus belajar serta bertumbuh.
Ikhtiar ini, kata Fathul, juga melibatkan pembebasan dari pola pikir yang telah mapan serta eksplorasi ide, solusi, dan kemungkinan baru. Di sini, diperlukan inovasi, pikiran terbuka, pengambilan risiko, adaptasi, ketangguhan, dan penerimaan terhadap kegagalan.
Berpikir ulang, tambah Fathul, juga merupakan panggilan untuk merenungkan dampak dari tindakan kita. “Apakah kita telah memberikan kontribusi positif kepada masyarakat? Apakah kita telah memanfaatkan potensi kita sebaik mungkin? Pertanyaan-pertanyaan ini mengingatkan kita untuk tidak hanya menjalani hidup, tetapi juga untuk memberikan arti dalam hidup,” katanya.
Fathul menandaskan berpikir ulang bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru menjadi bukti kebijaksanaan. Itu adalah tindakan dari mereka yang berani menghadapi diri sendiri dengan jujur. Ketika berpikir ulang, seseoang memberikan diri sendiri, kesempatan untuk berkembang dan menjadi versi yang lebih baik dari dirinya. “Berpikir ulang adalah manifestasi dari keingintahuan yang kuat, sensitivitas terhadap perubahan, dan kemauan untuk terus tumbuh,” jelasnya.
Fathul juga mengingatkan agar wisudawan tidak melupakan jasa orang tua yang tak henti-hentinya mendoakan kebahagiaan Saudara. “Mereka melangitkan doa tak henti, berharap agar Saudara berkembang menjadi manusia mumpuni dan insan berbudi,” katanya.
Orang tua, kata Fathul, menguras tenaga untuk memenuhi kebutuhan Saudara, dalam kadar yang tak terbayangkan. “Mereka melakukannya dengan sunyi, agar studi Saudara tak terganggu oleh beban emosi. Banyak rahasia dipendam oleh orang tua, terkait dengan ikhtiar dan impian mereka untuk masa depan Saudara. Di sana mungkin ada air mata yang tertahan, agar Saudara tak merasa sendirian. Atau, tangis yang tersendat, karena mereka ingin Saudara tetap kuat,” ujarnya. (*)