YOGYAKARTA — Institut Pertanian Stiper Yogyakarta mewisuda 200 lulusan Program Pelatihan Teknis Kebun Kelapa Sawit setara Diploma I, Kamis (4/5/2017). Mahasiswa dari keluarga petani dan buruh tani kelapa sawit Indonesia ini mendapat beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) Kementerian Keuangan RI.
Tiga lulusan terbaik, pertama, diraih Dela Oktavia dengan indek prestasi komulatif (IPK) 3,88 berasal dari Kalimantan Selatan (Kalsel). Disusul Arniyah meraih IPK 3,85 dari Kalsel menempati urutan kedua dan Caesal Pinia Indah C meraih IPK 3,82 berasal dari Jambi berada di urutan ketiga.
Bagi ketiga lulusan terbaik, ijazah diserahkan Rektor Instiper Yogyakarta, Dr Purwadi, pengalungan samir oleh Anizar Simanjuntak, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Ketua DPP APKASINDO), dan hadiah uang diserahkan Hendrajat Natawijaya (Direktur BPDP-KS).
Dalam sambutannya, Purwadi mengatakan hampir semua produk pertanian Indonesia kalah bersaing dengan negara lain kecuali Kelapa Sawit. Hingga tahun 2016, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 11,66 juta hektare yang terdiri dari perkebunan rakyat sebanyak 4,76 juta hektare (40,8 persen) dan selebihnya perkebunan besar.
Ironisnya, kata Purwadi, produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat hanya 2-3 ton CPO/ha/tahun. Sedangkan perkebunan besar swasta sudah mencapai 6 juta ton/ha/tahun. “Manajemen perkebunan rakyat yang baik membutuhkan tata kelola kelembagaan yang baik, yaitu koperasi petani maupun kelompok tani yang terkelola dengan baik. Hal ini membutuhkan dukungan SDM yang kompeten,” tandas Purwadi.
Lebih lanjut Purwadi mengatakan pengembangan SDM perkebunan rakyat membutuhkan kompetensi yang berbeda dengan penyiapan SDM kompeten bagi perusahaan. Sebab tantangannya bukan hanya terkait dengan kompetensi teknis agronomis semata tetapi juga terkait ekonomi koperasi, sosial dan sustainability.
Karena itu, perlu didisain secara khusus untuk penyiapan SDM kompeten bagi perkebunan rakyat. “Penyiapannya berbeda dengan pengembangan SDM untuk perusahaan besar. Apalagi sarjana pertanian dengan kompetensi bersifat umum tentu kurang cocok dengan kebutuhan kompetensi untuk pembangunan perkebunan rakyat,” kata Purwadi.
Selain itu juga dibutuhkan sarjana dengan kompetensi khusus koperasi perkebunan untuk mengelola koperasi perkebunan, agar tatakelola perkebunan rakyat bisa dilakukan secara profesional. “Untuk operasional lapangan kita perlu menyiapkan SDM setingkat Diploma untuk membantu operasional asisten setingkat sarjana. SDM Diploma ini juga perlu disiapkan secara khusus dengan kompetensi untuk membimbing dan atau mengkoordinasikan pekerjaan di perkebunan rakyat,” katanya.
Untuk angkatan pertama Program Pelatihan Teknis Kebun Kelapa Sawit setara Diploma I diikuti 200 mahasiswa. Mereka berasal dari 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua Barat.
Program ini dimulai Agustus 2016 lalu dan berakhir tanggal 5 Mei 2017. Materi pelatihan meliputi praktek kerja lapangan, baik di perusahaan maupun koperasi serta uji kompetensi sudah dilaksanakan dengan baik dan lancar. “Harapan ke depan para putra-putri petani kelapa sawit akan dapat menjadi kader-kader Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat berkelanjutan,” harap Purwadi.
Penulis : Heri Purwata