BANTUL — Berkembangnya lifestyle hidup sehat telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap efek samping dari obat-obatan kimia sintetis. Sehingga masyarakat mulai sadar akan manfaat obat-obatan herbal. Saat ini telah terjadi pergeseran pola perilaku masyarakat yang semakin menguatkan peran penggunaan obat-obat herbal.
Demikian diungkapkan Wakil Rektor 2 Universitas Alma Ata (UAA), Rosma Fyki Kamala, SPsi, MSc pada pembukaan seminar dan workshop ‘Hidup Sehat Bersama Herbal’ di Kampus Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Ahad (21/5/2017). Seminar dan workshop bertema ‘Solusi sehat bersama herbal berbasis riset’ ini menampilkan pembicara Prof Dr Subagus Wahyuono, Prof Dr Abdul Rohman, dan Moch Saiful Bachri PhD.
Berkembangnya, kata Kamala, ilmu pengetahuan dan teknologi, juga mendorong penggunaan obat-obat herbal. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pasar obat herbal nasional dari tahun ke tahun. “Lebih dari itu, peningkatan tersebut terjadi tidak hanya di dalam negeri saja namun juga hampir di seluruh negara berkembang maupun negara maju seiring dengan berkembangnya riset dan bukti ilmiah atas obat-obat herbal tersebut,” kata Kamala.
Dijelaskan Kamala, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi raksasa herbal. Menyusul Indonesia memiliki lebih dari 30 ribu spesies tanaman yang di mana dari jumlah tersebut 9 ribu telah digunakan untuk pengobatan dan 400 dimanfaatkan sebagai fitofarmaka. “Di Indonesia herbal dapat dengan mudah dijumpai dan dapat dibudidayakan di rumah sebagai apotek hidup. Hal ini tentunya mempermudah akses kesehatan bagi masyarakat,” katanya.
Namun begitu, hal yang menjadi kendala masih ada masyarakat yang masih ragu dalam penggunaan obat herbal dikarenakan kurangnya informasi dan pemahaman terhadap pengolahan herbal itu sendiri. Karena itu, seminar ini diharapkan dapat menjadi bagian atas solusi dalam peningkatan penggunaan dan pengolahan obat-obatan herbal yang dapat digunakan sebagai usaha kuratif maupun preventif terhadap penyakit.
Menurut Kamala, ada beberapa hal yang penting untuk ditingkatkan. Di antaranya, peningkatan mutu dari produk herbal Indonesia melalui uji riset ilmiah hendaknya menjadi kunci dalam pengembangan ragam dan keamanan obat-obatan herbal. Sehingga melalui riset dapat tercipta produk-produk andalan yang terjamin kualitas dan keamanannya.
Selain itu, peran industri juga sangat penting agar produk herbal Indonesia dapat diterima oleh semua kalangan, dan diharapkan bisa menembus pasar global. “Peran pemerintah sangat dinantikan dalam pembentukan regulasi terkait herbal di negara tercinta kita ini,” harapnya.
UAA, kata Kamala, sangat menaruh perhatian terhadap pelaksanaan penelitian-penelitian di bidang fitofarmaka. Dosen dan mahasiswa UAA, khususnya Prodi Farmasi UAA diharapkan terus meningkatkan kegiatan penelitian di bidang fitomarmaka. “Jangan sampai kekayaan kita di bidang herbal medicine ini justru banyak diteliti dan dipatenkan oleh oràng lain,” tandasnya
Ke depan UAA akan ikut ambil bagian penting dalam upaya hilirisasi penelitian bidang herbal medicine ini tidak hanya untuk upaya peningkatan kesehatan saja. Tetapi sekaligus ikut serta dalam upaya pemanfaatan kekayaan alam kita untuk peningkatan ekonomi Bangsa Indonesia.
Sementara Moch Saiful Bahri mengatakan jumlah perusahaan obat tradisional di Indonesia ada 1.270 perusahaan jamu. Sebanyak 90 persen di antaranya, usaha kecil dan menengah. Industri jamu ini menyerap tenaga kerja sekitar 15 juta orang. Jumlah jamu Indonesia terdapat sekitar 10 ribu. Ada 27 obat herbal dan delapan fitofarmaka. “Di Indonesia, poli herbal telah berdiri di Rumah Sakit Sutomo Surabaya, Bethesda Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar dan lain-lain,”kata Saiful Bahri.
Penulis : Heri Purwata