YOGYAKARTA — Laptop dan smartphone merupakan alat komputasi yang paling populer di kalangan mahasiswa Indonesia. Sedang dua piranti komputasi lain yaitu desktop personal computer dan tablet hanya dimiliki sejumlah mahasiswa.
Demikian hasil penelitian Ahmad Raf’ie Pratama, dosen di jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta terhadap mahasiwa UII pada kuartal pertama 2016. Sebanyak 97 persen mahasiswa memiliki laptop dan 95 persen mahasiswa memiliki smartphone.
Hasil penelitian Ahmad Raf’ie Pratama ini merupakan salah satu paper yang dipresentasikan pada Working Group 9.4 of the International Federation of Information Processing (IFIP) di Yogyakarta. Konferensi yang berlangsung Senin-Rabu (22-24/5/2017) ini diikuti 150 peserta yang berasal dari 31 negara di antara Indonesia, India, Mesir, Kuba, Thailand, Pakistan, Nigeria, Brazil, Nepal, Jamaica, Sri Lanka, dan lain-lain.
“Sebanyak 98 persen mahasiswa memiliki setidak-tidaknya dua dari empat piranti komputasi. Laptop dan smartphone sebagai kombinasi yang paling umum dan dimiliki oleh 41 persen mahasiswa. Sedang 15 persen lainnya memiliki keempat piranti tersebut sekaligus,” kata Raf’ie yang kini sedang menempuh pendidikan doktoral di Stony Brook University, The State University of New York, Amerika Serikat, Rabu (24/5/2017).
Dalam penelitian tersebut juga terungkap mahasiswa yang memiliki laptop dan smartphone yang cenderung merata dari semua kalangan sosioekonomi. Sedang mahasiswa pemilik desktop PC dan tablet cenderung berasal dari kalangan sosioekonomi menengah ke atas.
Selain itu, penelitian ini juga mengungkap adanya preferensi jenis kelamin yang berbeda dalam kepemilikan tablet. Peluang mahasiswi untuk memiliki tablet dua kali lebih besar dibandingkan mahasiswa.
Raf’ie menyatakan bahwa hasil penelitian ini masih berupa temuan awal dan merupakan bagian dari tema besar penelitian disertasinya. Selain di kalangan mahasiswa, ia juga telah melakukan survei yang sama di kalangan pelajar SMP dan SMA dari empat sekolah di dua provinsi yang berbeda.
“Hasil akhir penelitan ini diharapkan dapat membantu upaya optimasi penggunaan dan integrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat memberikan dampak positif bagi pengalaman belajar. Selain itu, penelitian ini bisa menjadi rujukan dalam merumuskan kebijakan terkait di dunia pendidikan Indonesia,” tandas Raf’ie.