YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Prof Dr. Drs. Amir Mu’allim, BA. MIS merupakan guru besar pertama di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII). Tahun 2024 ini merupakan perjalanan karir yang ke-47 tahun Prof Amir, ditandai dengan peluncuran buku biografinya. Penyusunan buku diprakarsai oleh Prodi Doktor Hukum Islam juga Prodi Ahwal Syakhshiyah berjudul “Pencari Rumput Jadi Profesor, Biografi Prof. Dr. Drs. Amir Mu’allim, BA. MIS”. Dalam buku ini juga disertai kesan testimoni persahabatan dari 16 sahabat Prof Amir, salah satunya dari Sri Purnomo, bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021
Untuk acara bedah bukunya, diprakarsai Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Prodi Doktor Hukum Islam dan Jurusan Studi Islam. Menurut Anton Priyo Nugroho, S.E.,M.M,, Ketua Jurusan Studi Islam, kinerja Prof Amir patut menjadi teladan bagi masyarakat.
“Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kinerja Prof Amir selama di FIAI. Ada sisi keteladanan dari Prof Amir Mu’allim yang dapat menjadi contoh perilaku bagi penerusnya juga masyarakat. Daya juangnya, kemandiriannya dan kesabaran beliau,” kata Anton.
Bedah buku diselenggarakan di Gedung KHA Wahid Hasyim FIAI UII lantai III, Rabu (6/11/2024) dihadiri pimpinan fakultas, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa program doktor. Dalam sambutan pembukanya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni MA sampaikan rasa syukur.
“Tentu kita bersyukur pada pertemuan hari ini, Pak Amir adalah salah satu pejuang di FIAI. Selama di UII Prof Amir selalu menjabat, kecuali ketika sedang menempuh kuliah. Bedah buku kali ini akan membahas dari hulu ke hilir kehidupan Prof Amir, sejak dari pencari rumput di Kebumen hingga menjadi profesor,” kata Asmuni.
Untuk mengungkap isi buku, dihadirkan 2 pembahas yakni Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA dari UIN Sunan Kalijaga dan dan Dr. Dra. Junanah. MIS dari FIAI UII. Selain sebagai pembedah, Prof Khoiruddin adalah teman kuliah Prof Amir saat menempuh program doktor di UIN Sunan Kalijaga. Sedangkan Dr Junanah adalah teman kuliah saat menempuh program magister di Malaysia.
”Dari buku ini menggambarkan Prof Amir memang berdikari. Tidak menuntut orangtua harus ini itu. Dari kecil sudah berusaha mandiri. Maaf, ada beda dengan anak zaman sekarang yang mungkin minta ini itu dijawab orangtunya iya, minta dibelikan ini itu, dijawab orangtua dengan iya. Sehingga menjadikan generasi anak rebahan. Dampaknya daya juang jadi lemah. Saya sama dengan Prof Amir di masa itu, ketika kuliah dan kursus, berangkat harus jalan kaki,” kata Prof Khoirudin,”
Tidak kalah menariknya, Dr Junanah juga ungkapkan, bahwa sesuai dalam isi buku, perjalanan menempuh kuliah di Malaysia itu banyak kejadian yang lucu. “Sesampai di Malaysia, kami mau diantar, tapi pengantar bilang nanti harus pusing sampai asrama, kata pengantar. Eh Mas Amir langsung jawab: tidak, saya sudah biasa naik motor tidak akan pusing,” cerita Junanah.
Lanjutnya, bahwa yang dimaksud pengantar dengan kata pusing itu adalah memutar dahulu. Kata pusing kalau di Indonesia itu sakit kepala, kalau di Malaysia artinya memutar. Jadi yang mengantar itu menyampaikan bahwa ini nanti perjalanan sampai asrama harus pusing, itu artinya harus memutar rute perjalanannya.
Di luar apa yang disampaikan 2 narasumber bedah buku, secara sekilas buku ini menceritakan masa kecil Prof Amir di Desa Petanahan Kebumen, penuh perjuangan. Buku yang terdiri dari 10 bab ini, dimulai dari perjalanan Prof. Amir Mu’allim dari desa Petanahan Kebumen, saat sekolah dasar, Sekolah Pendidikan Guru Agama, hingga mengabdi di UII mulai dari staf akademik, dilanjutkan menjadi dosen, dan berhasil meraih gelar profesor.
Seusia anak yang masih di bangku sekolah dasar, sepulang sekolah mencari rumput untuk mempertahankan siklus perekonomian ayahnya yang seorang kusir dokar. Rumput yang dikumpulkan Amir untuk pakan kuda, dokar ayahnya. Sore hari Amir membantu ibunya yang berdagang hasil tani di desanya, dengan membantu distribusi dagangan.
Pada bab tengah bahasan buku menggambarkan sisi spiritual Prof Amir, karir dan eksistensi dalam bidang keilmuannya. Juga pada penekanan ibadah, menjelaskan kebiasaan yang dilakukan Prof Amir, mulai sholat rawatib dengan disiplin, sholat dengan tepat waktu dan sholat hajat untuk mendapatkan kemudahan dari Allah. Dalam kondisi terdesak, ada ibadah khusus yang dilakukan sebagai upaya memohon kemudahan dari Tuhan.
Dari sisi eksistensi, buku ini juga berisi tentang perjalanan karir, dari dosen, praktisi bidang ekonomi syariah, hingga komisaris sebuah BPRS di Sleman. Pada bab Dedikasi untuk Bangsa dan Ilmu menggambarkan karya buku, karya tulis, dalam pemikiran dan sumber inspirasi bagi masyarakat.
Di bab akhir, buku ini berisi dorongan spiritual, bahwa kesuksesan bukan karena faktor potensi jasmaniahnya, tapi karena kemudahan dari Tuhan, dengan segala upaya ibadah yang ditekuninya. Amir menyakini bahwa suksesnya kehidupan manusia di dunia ini bukan karena kecerdasan, kekayaan dan jabatan, namun sukses bersumber dari kemampuan diri terus berprasangka baik kepada Allah.
Buku biografi Prof Amir Mu’allim diterbitkan oleh Penerbit UII yang juga tergabung pada Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), bekerjasama dengan FIAI UII. Buku biografi ini, ditulis oleh Ipan Pranashakti, berdasar penuturan langsung Prof Amir juga sahabatnya, termasuk teman semasa kuliah dan kerja di UII. Buku biografi akan dicetak dan dibagikan kepada segenap relasi Prof Amir. (IPK)