YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Angkringan Rumah Gagasan Universitas Islam Indonesia (UII) #4 membahas tentang Buku ‘Imaji UII Satu Abad Volume 2. Buku tersebut merupakan tulisan 55 civitas akademika UII yang terdiri dari pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan.
Diskusi menampilkan pembicara Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD, dan Dr Suparman Marzuki SH, MSi, Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII. Sedang moderator Shubhi Mahmashony Harimurti SS, MA, Kepala Bidang Akademik dan Organisasi Badan Perencanaan dan Pengembangan/Rumah Gagasan UII.
Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan/Rumah Gagasan UII, Raden Bagus Fajriya Hakim, SSi, MSi mengatakan Buku ‘Imaji UII Satu Abad’ ditulis 55 orang civitas akademika UII. Mereka melalui tulisan mengungkapkan mimpinya tentang keinginan UII di usia satu abad yang tinggal 19 tahun lagi.
Lebih lanjut Hakim mengatakan berimajinasi merupakan sesuatu yang menyenangkan sekaligus menantang. Buktinya kumpulan tulisan yang tertulis dalam ‘Buku Imaji UII Satu Abad’ ini tidak ada satupun yang tidak layak.
“Semua adalah hasil berimaji para sivitas akademika demi kampus tercinta, UII. Imajinasi tidak hanya sekedar angan-angan kosong belaka. Namun, seakan ada tanggung jawab kolektif untuk mewujudkannya,” kata Hakim.
Hakim menambahkan berimajinasi untuk kemajuan UII di masa depan bukan hanya hak dosen, tetapi juga tenaga kependidikan pun memiliki hak untuk berimajinasi. Hal ini dibuktikan dengan beberapa tulisan yang ada merupakan karya otentik dari kawan-kawan staf. “Kompilasi gagasan tendik yang dipadukan dengan ide dosen jika benar-benar diwujudkan secara berjama’ah, insyaallah dapat merealisasikan cita-cita para pendiri UII,” kata Hakim.
Sedang Rektor UII mengatakan masa depan UII tidak bersifat elitis. Sehingga masa depan itu jamak dan melibatkan semua anggota organisasi. Penulis ‘Buku Imaji UII Satu Abad’ yang mendokumentasikan gagasannya latar belakangnya bervariasi, dosen, Tendik, dan pemegang amanah atau pimpinan.
Sebab perspektif penulis, akan sangat mungkin dipengaruhi posisinya saat itu. Perspektif rektor akan berbeda ketika masih menjadi dosen biasa. “Sehingga berbagai latar belakang itu membuat imajinasi menjadi sangat kaya,” kata Fathul.
Selain itu, tambah Fathul, titik pijak atau tolak berbeda-beda. Ada dari perspektif agama, kemanusiaan, lingkungan, membuahkan kekayaan perspektif.
Sehingga muncul imaji masa depan UII sangat bervariasi. Ada yang mendiskripsikan soal strategi, bingkai bergerak UII ke depan, pembangunan fisik, cakupan layanan mulai dari basic hingga tinggi. “Masalah basic itu seperti layanan laktasi, masalah perempuan. Tetapi sering kita abai karena kebijakannya bias gender. Pimpinannya banyak laki-laki, dan tidak tahu masalah perempuan,” katanya.
Sedang layanan yang tinggi meliputi tenaga kependidikan (Tendik) berkelas dunia, dosen berkelas dunia, riset berkelas dunia dan lain-lain. “Tampaknya buku yang melibatkan seluruh civitas akademika UII untuk menatap masa depan baru buku ini. Buku lain ada tetapi masih elitis,” kata Fathul. (*)