KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Badan Koordinasi Paguyuban Kulonprogo (BAKOR PKP) mengusulkan Rempah Merah Nusantara kepada Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) agar menjadi program daerah. Penyerahan dokumen rekomendasi Tradisi Rempah Merah Nusantara dilakukan BAKOR PKP diwakili Wartono SE kepada Pj Bupati Kulonprogo, Drs Tri Saktiyana MSi dan Drs Sukamta kepada Drs Aris Eko Nugroho, SP, MSi, Paniradya Keistimewan DIY, Selasa (14/3/2023).
Penyerahan dokumen rekomendasi Tradisi Rempah Merah Nusantara setebal 140 halaman tersebut bersamaan dengan acara Nyadran Agung Kulonprogo 2023, di Kompleks Plengkung Gebleg Renteng, Alun-alun Wates. Wartono adalah putra kelahiran Dusun Grindang, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap yang saat ini menjabat sebagai Wakil Walikota Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Sedang Sukamta, putra kelahiran Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Drs Agus Riyanto, MPd, Ketua Umum Bakor PKP menjelaskan secara konseptual, Rempah Merah Nusantara dirancang sebagai ruang publik yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengasah talenta. Kegiatan ini diprakarsai pemerintah desa/kalurahan dan TP PKK dan diselenggarakan secara rutin setiap bulan/selapan di setiap desa/kalurahan.
Rempah Merah Nusantara, jelas Agus Riyanto, sebagai sebuah konsep kegiatan yang dirumuskan berlandaskan pada teori dan praktek pemberdayaan. Kegiatan ini merupakan bentuk implementasi kolaboratif antara UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Perpres 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
“Pada awal berdirinya Bakor PKP tahun 2003, Bakor PKP mengusulkan pentingnya kegiatan kolosal yang bertujuan untuk mengundang warga perantau, sekaligus melestarikan tradisi budaya dan mengungkit ekonomi lokal. Ahamdulillah usulan Bakor PKP itu direspon positif oleh Bupati Toyo Dipo dan Wakil Bupati KH Anwar Hamid, kemudian dirumuskan menjadi Nyadran Agung,” kata Agus.
Kegiatan pertama Nyadran Agung, kata Agus, digelar pada tahun 2004 dan kini telah menjadi program daerah serta menjadi agenda rutin tahunan. Selanjutnya, di usia 20 tahun, Bakor PKP kembali mengusulkan rekomendasi kedua yaitu Rempah Merah Nusantara.
Konsep Rempah Merah Nusantara, jelas Agus Riyanto, diperjuangkan Bakor PKP sejak 2015. Rempah Merah Nusantara merupakan bentuk ikhtiar atas kekhawatiran dalam menghadapi tantangan berat yang akan dihadapi generasi bangsa ini di masa datang.
Rempah Merah Nusantara, tambah Agus Riyanto, sekaligus diharapkan menjadi kado terindah pada Hari Ulang Tahun (HUT) satu abad kelahiran Bangsa Iindonesia. Karena itu, mulai hari ini Bakor PKP mengajak kepada seluruh elemen masyarakat, untuk bersama-sama, berkolaborasi menyempurnakan konsep Rempah Merah Nusantara ini. Sehingga Rempah Merah Nusantara benar-benar bisa menjadi kado yang akan dipersembahan pada tanggal 28 Oktober 2028.
Tinggal lima tahun lagi, Bangsa Indonesia akan melintas batas cakrawala abad kedua. BAKOR PKP berharap berbekal Rempah Merah Nusantara, generasi muda bangsa ini siap dan mampu menatap masa depan dengan penuh optimisme serta rasa penuh percaya diri.
Menurut Agus Riyanto, ada dua tujuan utama kegiatan Rempah Merah Nusantara. Pertama,terciptanya pasar tiban sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya pasar tradisional. Kehadiran pasar tiban yang diselenggarakan secara periodik (sebulan sekali atau selapan sekali) di setiap kalurahan, diharapkan dapat menjadi instrumen pembangunan untuk memperkokoh perekonomian rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial.
Menurutnya, perubahan zaman yang sangat pesat ini perlu diikuti kebijakan pemerintah yang benar-benar bisa memberdayakan masyarakat, bukan latah biar terkesan tidak ketinggalan zaman. Kebijakan pemerintah harus dapat memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “UMKM lokal sering tercecer dari kehidupan virtual/digital. Kita tahu kelompok masyarakat ini adalah kelompok mayoritas, sangat membutuhkan keberadaan pasar tiban dan pasar tradisional ini,” tandas Agus Riyanto.
Tujuan kedua, lanjut Agus, terciptanya panggung kreasi bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengasah talenta dalam upaya merawat dan memperkokoh semangat kebangsaan. Beragam ketrampilan seni dan literasi yang diajarkan di sekolah, dipraktekkan panggung kreasi yang lokasinya dekat rumah dan sekolah, prosedurnya mudah, dan biaya akomodasinya sangat murah. “Terwujudnya ruang peradaban yang kreatif, edukatif dan rekreatif ini, kami konseptualisasikan Rempah Merah Nusantara sebagai Pasar Tradisional Dalam Kemasan Milenial!” katanya. (*)