KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Berkurban pada Hari Raya Idul Adha akan mengantarkan seorang Muslim melaksanakan Islam secara kaffah atau paripurna. Sebab sorang Muslim mendapat perintah wajib melaksanakan shalat lima waktu, dan bagi yang mampu diperintahkan untuk menunjukkan Nusyuki atau sembelihan kepada Allah SWT.
Demikian isi khotbah Idul Adha 1443 H, M Syaifuddin SSy, SThI di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (9/7/2022). Sholat Idul Adha diikuti ribuan warga Kota Wates dan sekitarnya serta para perantau yang pulang kampung.
“Nusyuki adalah sembelihan yang tidak hanya dilaksanakan saat menunaikan ibadah haji dan umrah, tetapi juga pada Hari Raya Idul Adha dan aqiqah untuk anak-anak yang baru dilahirkan,” kata Syaifuddin.
Ibadah kurban, lanjut Syaifuddin, merupakan perwujudan dari ketauhidan atau menyembelih kurban hanya untuk Allah SWT. Selain itu, berkurban juga untuk mengingat pengorbanan Nabi Ibrahim yang berhasil mendahulukan cintanya kepada Allah SWT di atas kepentingan pribadi.
“Hal ini dibuktikan dengan perbuatan beliau akan menyembelih putranya, Ismail as. Walaupun akhirnya tidak terlaksana karena Allah SWT telah melihat kesungguhan Ibrahim dalam berazzam (bertekad) melaksanakan perintahNya. Kemudian Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar,” jelas Syaifuddin.
Ketaqwaan seseorang dalam berkurban, jelas Syaifuddin, harus ditunjukan dalam dua aspek. Pertama, kurban diniatkan ikhlas dan untuk ber-taqorub kepada Allah SWT. Kedua, tatacara berkurban harus mengikuti aturan yang telah digariskan syariat.
Untuk mewujudkan Islam yang paripurna, perlu merenungkan beberapa khoshoish atau kekhususan. Yaitu, khoshoish fil aqidah atau kekhususan dalam aqidah; khoshoish fil ibadah atau kekhususan ibadah; khoshoish fil akhlaq atau kekhususan akhlaq; khoshoish fil madzhar atau kekhususan dalam penampilan. (*)