Bupati Kulonprogo : Pemimpin yang Baik Dapat Ciptakan Kesejahteraan

Agung Setyawan saat menyampaikan kotbah Idul Fitri di Alun-alun Wates. (foto : heri purwata)
Agung Setyawan saat menyampaikan kotbah Idul Fitri di Alun-alun Wates. (foto : heri purwata)

KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Pemimpin yang baik dapat mendorong transformasi segala elemen masyarakat kepada fitrah dan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, memiliki wawasan luas, dan senantiasa mengikhtiarkan kesejahteraan umat. Sedangkan keseimbangan merupakan kunci menuju kedamaian dan keharmonisan di alam semeseta.

Hal tersebut diungkapkan Dr H R Agung Setyawan ST, MSc, Bupati Kulonprogo saat menjadi khotib Sholat Idul Fitri 1446 H di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (31/3/2025). Sedang Dr H Muhammad Djumarin, Dosen IKIP PGRI Wates sebagai imamnya.

Bacaan Lainnya

Perspektif ajaran Islam, kata Agung Setyawan, nilai-nilai kepemimpinan dan pembangunan tercermin dalam simbolisasi Gunungan Pare Anom yang menjadi Lambang Kabupaten Kulonprogo. Gunungan melambangkan perjalanan hidup manusia yang harus senantiasa meningkat dalam kebaikan dan kemajuan, sebagaimana tugas manusia sebagai khalifah di bumi.

“Pare Anom, mencerminkan semangat kembali muda yang dinamis, mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki inovasi, kreativitas, serta tekad untuk terus belajar dan berbenah,” kata Agung Setyawan.

Lebih lanjut Agung Setyawan menjelaskan nilai-nilai Islam tercermin dalam slogan ‘BINANGUN’ Kabupaten Kulonprogo. Binangun merupakan sebuah semangat untuk terus berbenah di segala bidang dan membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat.

“Semboyan BINANGUN memiliki makna yang sangat mendalam. Kata BINANGUN itu sendiri berarti ‘membangun’ atau ‘mewujudkan sesuatu yang lebih baik.’ Dalam konteks peradaban Islam, semboyan ini menjadi pedoman bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupan yang harmonis beradab dan berkemajuan,” kata Agung Setyawan. 

Jamaah Sholat Idul Fitri di Alun-alun Wates. (foto : heri purwata)

Huruf B, kata Agung, singkatan dari Beriman yaitu keimanan, percaya kepada Allah SWT sebagai Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu sebagai fondasi utama kehidupan. Keimanan yang kokoh akan melahirkan pribadi yang bertakwa dan menjadikan setiap aktifitasnya bernilai ibadah. 

Selanjutnya, I singkatan dari Indah. Islam mengajarkan keindahan dalam akhlak, budaya, dan sosial Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim).

N singkatan dari Nuhoni. Artinya, tunduk dan taat aturan serta nilai-nilai luhur dalam kehidupan . beragama, bermasyarakat dan bernegara, sebagaimana perintah Allah dalam 
QS. An-Nisa: 59. “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ulul amri (pemimpin) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al Aur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat)” (QS. An-Nisa: 59). 

A kependekan dari Aman. Artinya, keamanan adalah faktor penting dalam pembangunan peradaban, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang di pagi harinya merasa aman di tempat tinggalnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia telah diberikan kepadanya.” (HR. Tirmidzi). 

N kependekan dari Nalar. Artinya, Islam menekankan pentingnya menggunakan akal sehat dan ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-isra: 36. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36).

G kepanjangannya Guyub. Artinya, konsep ukhuwah Islamiyah mengajarkan kebersamaan dan gotong royong dalam membangun masyarakat yang kuat dan bersatu. Rosululloh SAW Bersabda : “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka segenap anggotanya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur lelap) dan meradang (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim)

U kepanjangannya Ulet. Artinya, ketekunan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan adalah kunci utama dalam membangun peradaban, sebagaimana firman Allah dalam QS. Hud: 115. “Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 115). 

N kepanjanganya Nyaman. Artinya, Islam mengajarkan umat untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejahtera. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.” (HR. Ahmad).

Semboyan BINANGUN, kata Agung, mencerminkan nilai-nilai fundamental dalam membangun peradaban Islam yang maju, harmonis dan sejahtera. “Dengan keimanan yang kokoh, menjunjung akhlak mulia, menaati aturan, menciptakan keamanan, menggunakan akal sehat, menjaga kebersamaan, serta bersikap ulet dan tekun, kita dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dan kehidupan masyarakat yang selaras dengan ajaran Islam,” kata Agung Setyawan.

Selain itu, tambah Agung, falsafah Jawa ‘Memayu Hayuning Bawana‘ sejalan dengan nilai-nilai Islam. Konsep ini mengajarkan bahwa kehidupan harus dijalani dengan menjaga keseimbangan hidup dalam tiga aspek utama. Hablum minallah (hubungan dengan Allah); Hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia); dan Hubungan dengan lingkungan hingga alam semesta.

“Dengan menjaga keseimbangan dalam ketiga aspek tersebut, kita dapat menciptakan kehidupan yang selaras, penuh berkah, dan harmonis. Seorang muslim dituntut untuk senantiasa menjaga ibadah dan ketakwaannya kepada Allah, memperkuat persaudaraan dengan sesama, serta merawat kelestarian lingkungan sebagai bentuk syukur atas karunia yang diberikan. Ketiga aspek ini menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan yang seimbang, harmonis dan penuh berkah,” kata Agung. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *