KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Tiga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri (FEBI UIN) Surakarta, Jawa Tengah menggelar sarasehan memperkenalkan digital marketing kepada warga Desa Wisata Tuksono, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ketiga dosen adalah Septi Kurnia Prastiwi, MM (Ketua ), Yuni Astuti MBA dan Mufti Arief Arfiansyah, MAk.
Sarasehan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai media digital marketing. “Sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan promosi pada Desa Wisata Tukosono Kulonprogo. Sekaligus meningkatkan partisipasi dosen dalam Tridarma Perguruan Tinggi dalam pengabdian masyarakat,” kata Septi Kurnia Prastiwi di Tuksono, Sabtu (7/5/2022).
Sarasehan ini menghadirkan nara sumber Endah Widya Prawesti, SPd, Supervisor Marketing PT Cita Cinta Karya Yogyakarta. Memberikan pengetahuan mengenai berbagai macam media sosial yang dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang Desa Wisata Tuksono. Warga, khususnya pengelola website diharapkan bisa membuat konten yang baik dan menarik tentang Desa Wisata Tuksono yang kemudian disebarkan melalui media sosial.
“Sarasehan ini merupakan tahap pertama untuk meningkatkan wawasan warga dan pengelola Desa Wisata Tuksono. Selanjutnya, nanti akan ada pendampingan agar pengayaan materi promosi semakin lengkap dan menarik masyarakat,” kata Septi.
Dijelaskan Septi, pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan seorang dosen. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini menjadi media untuk mendekatkan para akademisi dengan masyarakat. Sehingga para dosen dapat mentransformasikan ilmu, pengetahuan serta perkembangan teknologi yang dimiliki kepada masyarakat dan berguna bagi peningkatan perekonomian masyarakat.
Tahun 2022, FEBI UIN Surakarta melaksanakan program pengabdian masyarakat yang dibagi menjadi beberapa kelompok. “Kelompok kami mengadakan pengabdian mayarakat dengan tema ‘Literasi Digital Marketing untuk meningkatkan Performa Promosi Desa Wisata Tuksono Kulonprogo’,” jelas Septi.
Saat ini, lanjut Septi, pengembangan ekonomi berbasis UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan kerakyatan masih menjadi program utama pemerintah Republik Indonesia. Salah satu sektor yang sedang menjadi perhatian adalah pengembangan perekonomian desa yang berbasis pada kearifan lokal.
Beberapa daerah telah sukses mengembangkan potensi desanya masing-masing menjadi objek wisata lokal yang makin hari makin mengundang minat masyarakat untuk berkunjung. Hal ini dapat terwujud karena beberapa faktor yaitu: dibentuknya BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) dan penyaluran dana aspirasi desa yang disertai dengan pedampingan-pendampingan kegiatan yang dilakukan secara agregat antara pemerintah, perguruan tinggi dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) .
Tetapi masih ada daerah-daerah yang memiliki potensi, namun belum berkembang karena menghadapi banyak kendala. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan kemampuan dari para masyarakat untuk mengelola desa wisata. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat setempat mengenai manajemen pengelolaan usaha yang benar, baik meliputi segi pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, sistem kerja dan pemasaran.
Perkembangan internet dan media sosial di Indonesia sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari masyarakat. Dengan demikian, sektor industri kecil yang sedang bertumbuh dan dalam tahap rintisam harus mampu beradaptasi dengan berbagai media pemasaran agar mampu bersaing dan unggul dalam persaingan bisnis.
Karena itu kegiatan Pengabdian Masyarakat tahun 2022 ini kami akan mengadakan sarasehan mengenai penggunaan digital marketing untuk meningkatkan performa promosi pada Desa Wisata Tuksono, Sentolo Kulonprogo. Desa wisata yang berorientasi pada seni dan budaya yang dikembangkan oleh masyarakat setempat dengan keunggulan pada seni budaya tari, karawitan, oglek dan reog.
“Desa wisata ini masih aktif melakukan latihan rutin seni yaitu tari, karawitan, oglek dan reog walau peserta masih terbatas pada warga sekitar. Bahkan kesenian tersebut sudah pernah diundang pentas ke berbagai acara daerah setempat,” katanya.
Sehingga perlu mengenalkan lebih luas ke masyarakat di luar wilayah Kulonprogo agar Desa Wisata Tuksono dapat lebih dikenal dan menjadi destinasi wisata budaya serta kesenian dapat diundang keberbagai daerah. Harapannya dapat meningkatkan perekonomian anggota dan pengelola desa wisata serta masyarakat.
“Rintisan Desa Wisata Tuksono ini masih memerlukan peningkatan kemampuan mengenai promosi, pendampingan secara kontinyu agar pengetahuan mengenai digital marketing dapat diimplementasikan dengan baik dan benar,” jelas Septi.
Lurah Tuksono, Zainuri menyambut baik pengabdian masyarakat yang dilakukan Dosen FEBI UIN Surakarta, Jawa Tengah. Ia berharap pengabdian masyarakat ini dapat meningkatkan pengunjung ke Tuksono dan bisa meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Dijelaskan Zainuri, perkembangan Tuksono sebagai Desa Wisata dimulai tahun 1995. Pertama menjadi Desa Binaan Budaya dan Kantong Desa Budaya. Kemudian tahun 2014 menjadi Desa Rintisan Budaya. Tahun 2017, menjadi Desa Budaya. Tahun 2022 menjadi Desa Mandiri Budaya. “Ada empat pilar Desa Mandiri Budaya yaitu Budaya, Prima, Preneur, dan Wisata,” kata Zainuri.
Tuksono sudah sejak lama memiliki budaya yang bisa dibanggakan. Tahun 2016, pernah pentas 1.000 oglek di pinggir Sungai Progo. Tahun 2017, menjadi juara I Jurit Menak tingkat DIY. Juga pernah tampil, di Erau International Folk Art Festival (EIFAF) di Tenggarong, Kutai Kartanegara.
“Tuksono memiliki seni tradisi seperti merti desa, nyadran, suran, baritan, dan pentas seni. Besok tanggal 29 Mei 2022 akan ada pentas tayub dalam rangka Merti Desa,” kata Zainuri. (*)