YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dosen Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) berkolaborasi dengan Dosen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) latih Karang Taruna dan PKK Kalurahan Umbulmartani mengolah minyak jelantah menjadi Solketal Energi Terbarukan. Mereka adalah Imam Sahroni SSi, MSc, Muhammad Miqdam Mussawa SSi, MSc dari Prodi Kimia dan Lutfia Isna Ardhayanti SSi, MSi dari Prodi Teknik Lingkungan.
Solketal merupakan bahan aditif yang baik untuk bahan bakar dan meningkatkan angka oktan. Solketal dapat diproduksi dari gliserol (hasil samping produksi biodiesel dari minyak jelantah) dengan pelarut aseton dan katalis asam.
Dijelaskan Imam Sahroni, Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat, pelatihan terhadap Karang Taruna dan PKK Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilatarbelakangi program pemerintah yang menerapkan B20 dan telah diberlakukan sejak Januari 2016. B20 merupakan pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis Solar, yang menghasilkan produk Biosolar B20.
“B20 mempunyai kekurangan seperti pembakarannya yang kurang sempurna, sehingga menyebabkan mesin cepat panas. Saat diesel panas maka kinerjanya akan menurun sehingga kurang efisien,” jelas Imam Sahroni.
Untuk mengatasi masalah tersebut, lanjut Roni, perlu adanya inovasi dalam pengelolaan limbah minyak goreng dengan melibatkan masyarakat luas. Sehingga limbah minyak goreng dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis. “Salah satu potensi limbah minyak goreng adalah dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif yang bersifat ramah lingkungan seperti solketal,” tambah Roni.
Menurut Roni, sejauh ini, masyarakat belum mengetahui potensi ekonomis limbah minyak goreng bekas tersebut. Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui metode tepat guna pengolahan limbah minyak goreng sebagai bahan bakar alternatif yang bersifat ramah lingkungan seperti solketal.
Karena itu, tiga dosen UII yang dibantu mahasiswa ini berupaya untuk mengedukasi masyarakat agar bisa mengolah limbah minyak goreng atau jelantah. Mereka memilih Karang Taruna dan PKK Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, DIY.
Kalurahan Umbulmartani yang berdekatan dengan sejumlah kampus, salah satunya UII, warganya memiliki mata pencaharian menonjol usaha kuliner. Usaha itu memberikan pengaruh positif bagi masyarakat, namun di sisi lain juga menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan dari sisi lingkungan.
“Salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Kalurahan Umbulmartani yaitu minyak goreng. Konsumsi minyak goreng di Indonesia mencapai 290 juta ton/tahun,” terang Roni.
Karena itu, kata Roni, untuk mengatasi limbah minyak goreng yang tinggi, perlu dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Tujuannya, meningkatkan nilai tambah limbah minyak goreng dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Program PKM ini dilakukan dengan lokakarya dan pelatihan mengenai potensi penggunaan minyak jelantah menjadi produk yang serba guna. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain, pelatihan warga untuk mengidentifikasi kapan minyak goreng tidak boleh lagi digunakan untuk memasak, pelatihan pengumpulan minyak jelantah dan penjernihannya. Kemudian, pelatihan konversi minyak jelantah menjadi solketal energi baru dan terbarukan. Pelatihan membuat produk serba guna seperti sabun batang, sabun cair, dan lilin aromaterapi.
Pengabdian kepada Masyarakat ini mendapat pendanaan dari Direktorat Riset Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Menurut Siti, salah seorang anggota PKK Umbulmartani program yang dilaksanakan Dosen UII sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi masyarakat Umbulmartani. “Saya sebagai ibu rumah tangga mendapat ilmu dari kegiatan ini. Dari kegiatan ini kita dapat membuat kegiatan di rumah, kita manfaatkan minyak jelantah yang di rumah, terus nanti kita sudah bisa (memproduksi produk serbaguna) otomatis kita bisa menularkan kepada masyarakat yang lain,” kata Siti. (*)