YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Kemudahan penggunaan menjadi faktor utama e-wallet dalam memikat hati masyarakat untuk menggunakannya. Hal ini seharusnya menjadi pertimbangan bagi penyedia e-wallet dalam membuat layanan yang lebih mudah bagi pemula. Selain itu, penyedia layanan e-wallet dituntut untuk meningkatkan pelayanan bantuan agar pengguna merasa lebih aman dan nyaman.
Itulah hasil penelitian Anggraeni Dias Saputri, SKom, MKom, untuk menyusun thesis pada Program Studi Informatika Program Magister, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Hasil penelitian tersebut disampaikan kepada wartawan secara blanded, dalam jaringan dan luar jaringan (Daring dan Luring) dari Kampus FTI UII, Jumat (3/12/2021).
Lebih lanjut Anggrek, panggilan akrab Anggraeni Dias Saputri yang didampingi Izzati Muhimmah, ST, MSc, PhD, Ketua Program Studi Informatika Program Magister FTI UII menjelaskan selain faktor kemudahan masih ada dua faktor lain. Pertama, pengaruh lingkungan cukup berperan dalam penerimaan layanan e-wallet. Kedua, faktor resiko tidak ditemukan pengaruh signifikan terhadap penerimaan layanan e-wallet di Indonesia.
“Hasil penelitian secara umum dapat mengarah pada peningkatan efektivitas lebih lanjut dari strategi pengembangan ataupun pemasaran layanan e-wallet. Pember pelayanan dapat menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan layanan e-wallet di Indonesia dan variabel yang memoderasi faktor tersebut,” kata Anggrek yang lulus dengan predikat Cumlaude.
Dijelaskan Anggrek, saat ini semakin berkembang sistem pembayaran non tunai atau cashless. Sistem cashless melahirkan pembayaran dengan sistem pembayaran elektronik atau e-payment.
E-payment, kata Anggrek, dikategorikan menjadi credit card, e-wallet, e-cash, digital checking system dan wireless payment system. Salah satu jenis e-payment yang sering digunakan di Indonesia adalah e-wallet. Beberapa contoh layanan e-wallet adalah GoPay, Ovo, Dana, LinkAja dan ShopeePay.
Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi seseorang menerima teknologi baru tersebut. Juga alasan menentukan pilihan pembayaran dengan menggunakan layanan e-wallet ataupun dengan menggunakan cara lain. “Penelitian ini memfokuskan pada faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan seseorang dalam menggunakan layanan e-wallet,” katanya.
Sementara Izzati Muhimmah mengatakan e-payment ikut membantu program Bank Indonesia (BI) untuk mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Gerakan ini telah dicanangkan BI 14 Agustus 2014. Program GNNT ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar, yang pada gilirannya akan dapat mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien.
GNNT juga diharapkan mampu meminimalisasi kendala dalam pembayaran tunai, seperti uang tidak diterima karena lusuh/sobek/tidak layak edar. Selain itu, juga dapat meningkatkan efisiensi saat transaksi di mana masyarakat tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar.
F-payment dapat menghindarkan adanya kesalahan hitung atau human error. Selanjutnya, e-payment dapat mewujudkan ekosistem cashless society. “Jika sudah tercipta cashless society, maka mottonya: ‘lebih baik ketinggalan dompet dari pada ketinggalan handphone’,” kata Izzati.