YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Empat mahasiswa Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengikuti Double Degree di National Taiwan University of Science and Technology (NTUST). Mereka yang mengikuti jalur Fast Track adalah Zakka Ugih Rizqi, Anindya Agripina Hadyanawati, Muhammad Naufal Alfareza, dan Palmy Rawinda Meliala.
Menurut Anindya Agripina Hadyanawati, jalur Fast Track ini lebih mempercepat kelulusan untuk mendapatkan dua gelar S1 dan S2. Selain cepat, mereka mengikuti program ini karena ada beasiswa dan setelah lulus peluang kerjanya lebih lebar.
“Belajar di negeri orang membutuhkan adaptasi terlebih dahulu karena beda culture dan lingkungan akademis. Kita sampai di sini pas pademi Covid-19, sehingga harus melalui karantina selama 14 hari. Selama karantina tidak bisa memilih makanan sehingga terpaksa makan apa yang tersedia,” kata Anindya yang diiyakan Zakka Ugih Rizqi, Muhammad Naufal Alfareza dan Palmy Rawinda kepada wartawan secara virtual, Sabtu (9/5/2021).
Zakka Ugih menambahkan suasana kampus di NTUST berbeda dengan di Indonesia. Meskipun pandemi Covid-19, kampus tetap buka kelas offline dengan protokol kesehatan. “Bimbingan profesor lebih open minded, hubungan dekat sekali, chat tidak harus jam kerja,” kata Zakka.
Sementara Ir Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM, Ketua Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII mengatakan saat ini semakin banyak orang Indonesia yang memilih kuliah di luar negeri dengan 1001 macam alasan. Salah satu alasannya, membuat seseorang lebih percaya diri setelah lulus dari perguruan tinggi di luar negeri.
Selain meningkatkan kepercayaan diri, belajar di luar negeri dapat memiliki networking yang beragam dari berbagai negara. Juga lingkungan akademik sangat mendukung, dapat mengenal budaya dari berbagai negara, serta meningkatkan posisi tawar dalam mencari pekerjaan.
Winda Nur Cahyo yang meraih Doktor Teknik Mesin dari University of Wollongong, Australia tahun 2016 mengatakan mahasiswa di luar negeri harus ulet. Sebab beasiswa yang diterima hanya cukup untuk sewa apartemen dan makan. Sehingga jika ingin menginginkan yang lain harus bekerja paruh waktu.
“Jika mau bekerja harus ingat dan bertanggung jawab menyelesaikan kuliah tepat waktu. Jika kuliah selesai, satu tantangan terlewati dan meningkatkan kepercayaan diri,” kata Winda.