BANTUL — Selama ini belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dinilai peserta didik sebagai aktivitas yang membosankan. Karena itu dibutuhkan alat peraga agar siswa tertarik untuk belajar PAI. Salah satunya, menggunakan Fun Card yang berisi soal-soal dan jawaban yang digunakan dalam bentuk permainan.
Demikian benang merah desertasi Dra Siti Aminah MA, pengawas Sekolah Madya, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman. Desertasi berjudul “Efektivitas Penggunaan Fun Card sebagai Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan Diri dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Kabupaten Sleman” berhasil dipertahankan pada ujian terbuka Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (15/10/2016).
Penelitian dilakukan terhadap guru-guru Pendidikan Agama Islam tingkat SMA di Kabupaten Sleman. Siti mengungkapkan para guru PAI SMA di Kabupaten Sleman dinilai masih konvensional dan teacher-centered. “Karena itu, proses pembelajaran yang seperti itu menjadi tidak maksimal dan terlalu monoton,” jelas Siti.
Siti mengusulkan sudah saatnya para guru PAI mengubah metode pembelajaran dari teacher-centered menjadi student centered. Salah satu caranya, menggunakan fun card untuk pembelajarannya. Cara ini menuntut siswa aktif dalam pembelajarannya.
Dijelaskan Siti, penggunaan fun card para peserta didik mengambil kartu soal yang sudah diacak. Kemudian diminta untuk menjawab soal yang tertera dalam kartu tersebut. Sedang teman yang lain nanti mengecek apakah jawabannya benar atau salah, pada kartu jawaban.
“Selain kartu soal dan kartu jawaban, juga ada kartu kontrol untuk memberikan hasil evaluasi yang diberikan oleh teman peserta didik yang menyimak. Sehingga konsep penilaian diri bisa terlaksana dalam teknik pembelajaran ini,” jelas Siti.
Materi Pendidikan Agama Islam sendiri sangat beragam mulai dari Alquran, Fiqh, dan lain-lain. Meskipun materinya berbeda-beda, metode belajar menggunakan fun card tetap dapat diterapkan. “Jadi penggunaan fun card tidak hanya terbatas pada suatu materi tertentu di bidang Pendidikan Agama Islam. Namun dapat mencakup ke semua materi,” kata Siti.
Penerapan media pembelajaran fun card dalam proses pembelajaran PAI, kata Siti, diilhami teori elaborasi kognitif yang dikembangkan Wittock. “Dalam teori ini dikemukakan bahwa penelitian dalam psikologi telah menemukan jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memori, maka orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi,”ujarnya.
Fun card juga disampaikan Siti terinspirasi dari pendapat Silberman dalam Active Learning, 101 cara belajar peserta didik aktif pada cara belajar ke-44 yaitu Pencarian Informasi. “Teknik tersebut, saya kolaborasikan dengan cara belajar ke-46 yaitu cara belajar dengan Pemilahan Kartu, dan cara belajar ke-79 yaitu cara belajar dengan Pencocokan Kartu Indeks,” jelas Siti.
Penulis : Heri Purwata