YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Ketua Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masa bhakti 2023-2027, Dr Hardo Basuki, MSoc, CSA, Ak, CA, Asean CPA mengingatkan Profesi Akuntan di masa mendatang akan mengalami perubahan signifikan. Karena itu, organisasi profesi, anggota dan institusi pendidikan harus merespon perubahan itu.
Hardo Basuki mengatakan hal tersebut pada sambutan Pelantikan Pengurus IAI Wilayah DIY masa bhakti 2023-2027 di Hotel Grand Rohan Yogyakarta, Jumat (8/9/2023). Pelantikan dilakukan Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI Pusat Dr Ardan Adiperdana, Ak, MBA, CFrA, CA, FCMA, CGMA.
Lebih lanjut Hardo Basuki menjelaskan Kongres IAI ke XIII telah menyetujui Prakarsa 6.1 sebagai langkah ke depan Akuntan Indonesia untuk menguasai perubahan dan menyiapkan masa depan. “Salah satu prakarsa menyatakan IAI melakukan penyesuaian Kurikulum Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Profesi yang mengakomodasi perkembangan teknologi dan disrupsi bisnis,” kata Hardo Basuki.
Menurut Hardo, paling tidak terdapat tiga perubahan signifikan yaitu pertama, melibatkan smart and digital technology. Kedua, globalisasi reporting/disclosure standards yang terus berlanjut. Ketiga, munculnya berbagai bentuk regulasi baru.
Pelibatan smart and digital technology, kata Hardo, akuntan akan semakin banyak menggunakan sophisticated dan smart technologies dalam melakukan pekerjaannya. Smart software systems, termasuk cloud computing akan mendukung trend outsourcing services, termasuk outsourcing jasa akuntan dari luar negeri.
Kemudian semakin banyak penggunaan social media melalui smart technology akan memperbaiki kolaborasi, disclosure, komunikasi (engagement) dengan berbagai pemangku kepentingan. Social media, meliputi Facebook, Twitter, dan Google Search, akan mengungkapkan lebih banyak data (termasuk alternative reporting) dan para pemangku-kepentingan akan memakai berbagai alat guna menginterpretasikan big data.
Selanjutnya, globalisasi reporting/disclosure standards yang berkesinambungan akan menciptakan lebih banyak kesempatan (opportunities) dan sekaligus tantangan (challenges) bagi profesi akuntan. Globalisasi mendorong aliran dana (money) satu pasar modal (capital market) ke pasar modal yang lain.
Di samping itu, tambah Hardo, globalisasi juga meningkatkan aktivitas overseas outsourcing dan transfer professional skills. Accounting firms di Amerika, Eropa dan Australia melakukan outsourcing services ke India dan Cina untuk melakukan mengurangi atau meminimumkan biaya. “Hal ini tentu mengakibatkan pergeseran tenaga kerja (employment) dalam accounting industry di negara-negara barat,” katanya.
Kemudian munculnya berbagai bentuk regulasi baru, untuk menciptakan tranparansi, sehingga mempunyai pengaruh terhadap profesi akuntan di masa mendatang. Sebagai contoh, meningkatnya regulasi yang tidak bisa terelakkan karena semakin banyaknya tax avoidance, transfer pricing, dan money laundering.
Lebih dari itu, kata Hardo, adanya keprihatinan para pemangku kepentingan yang semakin meluas terhadap persoalan sosial dan lingkungan. Hal ini membuat banyak organisasi menghadapi tantangan mencari solusi yang sustainable terkait dengan kompleksitas dalam mengintegrasikan aspek keuangan, sosial, dan kinerja lingkungan.
Regulasi baru, kata Hardo, di antaranya, Integrated Reporting sekarang diterapkan di berbagai perusahaan, seperti di Afrika Selatan (South African-listed companies) dan California (California-based companies). Implikasi penting dari hal ini adalah profesi akuntan diharapkan untuk melihat apa yang terjadi di luar angka laporan keuangan (beyond numbers). “Konsekuensi dari hal ini adalah profesi akuntan harus meningkatkan kolaborasi dengan banyak profesi, seperti dokter, lawyers, environmental scientist dan sociologists,” tandas Hardo. (*)