YOGYAKARTA — Universitas Alma Ata (UAA) terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan lulusan. Salah satunya, pada Hari Ulang Tahun kedua, UAA menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Taipei Medical University (TMU) di Kampus Jalan Brawijaya, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (1/12/2017).
Peringatan Harlah kedua UAA dihadiri Prof Aris Junaidi PhD, Direktur Penjaminan Mutu Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti); KH Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menristekdikti); Anggota DPD RI, KH Hafid Asrom; Wakil Bupati Bantul, H Abdul Hakim Muslih; para pimpinan perguruan tinggi di Yogyakarta, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dijelaskan Rektor UAA, Prof dr Hamam Hadi MS ScD SpGK kerjasama dengan TMU dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lulusan UAA. Kerjasama meliputi pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian, dan publikasi internasional.
Selama ini, kata Hamam Hadi, UAA terus berupaya untuk meningkatkan mutu SDM dengan mendorong dosen agar berpendidikan S3 atau doktor. “Semua dosen UAA minimal berpendidikan S2, tetapi mereka terus didorong agar bisa menyelesaikan pendidikan doktor. Saat ini, UAA memiliki satu profesor, tiga doktor. Ada 12 dosen yang sedang menempuh pendidikan S3, dua di antaranya sedang menyelesaikan studi di TMU,” kata Hamam Hadi.
Selain itu, lanjut Hamam, UAA juga berupaya untuk mencetak tenaga perawat berkualitas internasional. Untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa, UAA memiliki The Language Center yang diasuh oleh native speaker dari Amerika Serikat. Lulusan perawat ini ditujukan untuk memenuhi permintaan di Taiwan, Eropa dan Timur Tengah.
Sementara Prof Aris Junaidi mengapresiasi usaha yang telah dilakukan UAA dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya penggunaan sistem blok untuk seluruh program studi (Prodi). Karena itu, Aris Junaidi berharap lulusan UAA bisa memiliki daya saing di tingkat internasional.
Saat ini, kata Aris, Indonesia memiliki 4.500 perguruan tinggi yang melaksanakan sebanyak 26.000 Prodi. Perguruan tinggi tersebut masih memiliki disparitas kualitas yang sangat tajam, baik dari sisi akreditasi
Yang terakreditasi A hanya 11 persen untuk program studi, sedang 3 persen untuk institusi. Sedangan perguruan tinggi yang belum terakreditasi institusi masih lebih dari 30 persen dan Prodi masih di atas 30 persen. “Ini merupakan tantangan berat untuk mengasi disparitas kualitas ini,” kata Aris.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, ujar Aris, Direktorat Penjaminan Mutu terus berupaya untuk mendorong terbentuknya penjaminan mutu internal di perguruan tinggi. Sehingga perguruan tinggi tersebut dapat memenuhi standar mutu pendidikan tinggi nasional, atau bahkan bisa melampaui standar nasional.
Menurut Aris, aspek lain yang perlu diperhatikan adalah relevansi. Aris menghargai upaya UAA yang telah berhasil dua step melampaui perguruan tinggi lain. Selain itu, Aris juga mengharapkan agar formula kurikulumnya dapat menjawab tantangan di dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat.
“Kurikulum harus diramu dengan dua pendekatan, scientific vision dan market signal. Kurikulum tidak hanya diramu oleh pakar pendidikan, tetapi harus mampu mendengar permintaan pasar dalam kurun waktu lima sampai 10 tahun ke depan. Kurikulum tidak hanya bisa menciptakan jobseeker, tetapi juga harus bisa menciptakan job creator,” kata Aris.