BANDUNG, JOGPAPER.NET — Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga menerima dua penghargaan di Biannual Conference on Research Result (BCRR). Penghargaan diterima Kepala Pusat Audit Mutu Internal Lembaga Penjamin Mutu (LPM ) Salatiga, Dr Budi Saputro, MPd dan International Journal Islam Muslim Society (IJIMS).
Kegiatan tersebut digelar Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat, Selasa-Kamis (3-5/12/2019). Budi Saputro mendapat Anugerah Riset Terbaik Tingkat Nasional 2019. Sedangkan IJIMS mendapat penghargaan sebagai jurnal Terakreditasi SINTA 1.
Penelitian Budi Saputro yang berjudul ‘Pengembangan Model Pembelajaran Tafsir Sains Terpadu (SIRSAINSDU)’ berhasil menyisihkan 107 riset dari peneliti terbaik yang berasal dari 29 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan 10 Perguaun Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) seluruh Indonesia.
“Saya merasa senang sekali dapat mengikuti ajang BCRR ini. BCRR adalah ajang yang sangat kompetitif, riset-riset dari PTKIN dan PTKIS dikompetisikan secara nasional dan diseleksi secara ketat serta diuji oleh penguji-penguji kompeten dari LIPI, akademisi, dan praktisi,” kata Budi di IAIN Salatiga, Kamis (6/12/2019).
Dijelaskan Suwandi, Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Agama (Kemenag), untuk menentukan penelitian terbaik dilakukan penyaringan dengan sejumlah kriteria. Di antaranya, pertama inovasi, yaitu terdapat produk keilmuan. Kedua, novelty yaitu penelitian tersebut menemukan teori atau pengetahuan baru terhadap keilmuan di PTKI. Ketiga kemanfaatan, yaitu penelitian tersebut memiliki pengaruh luas pada masyarakat, dijadikan dasar pijakan kebijakan, ditindaklanjuti dunia industri, dan/atau ditindaklanjuti sebagai pengabdian kepada masyarakat.
“Penelitian yang masuk diklasifikasikan berdasarkan tema-tema tertentu seperti Kajian Islam Murni (tafaquh fiddin), Integrasi Keilmuan, Moderasi Beragama, Sosial Humaniora, dan Sains/Teknologi,” jelas Suwandi.
Lebih lanjut Suwandi mengatakan BCRR 2019 mengangkat tema ‘Meningkatkan Relevansi dan Inovasi Penelitian Tingkat Tinggi dan Dampaknya dalam Revolusi Industri 4.0.’ Ini merupakan gelaran perdana dan direncanakan akan diadakan secara rutin dua tahun sekali.
Sedang Direktur PTKI Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof Arskal Salim mengatakan acara ini diselenggarakan dengan tujuan mengapresiasi penelitian yang dilakukan para civitas akademika. Selain itu, juga dimaksudkan untuk memotivasi perguruan tinggi untuk terus beninovasi.
“Riset adalah substansi atau inti perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu dalam merespon isu-isu pengetahuan yang kontemporer. Hal inilah yang membedakan dosen dengan guru, dosen adalah guru yang meneliti,” jelas Arskal.
Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid menyampaikan apresiasi kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Keagaman Islam dan pihak-pihak yang terlibat dalam acara bertemunya peneliti-peneliti andal di lingkungan PTKI. Zainut mendorong jajaran PTKI untuk terus konsisten dengan program BCRR guna memperoleh hasil riset yang berkualitas.
“Hasil riset yang mumpuni diperlukan dalam rangka ikut meningkatkan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM akan memberikan pengharapan kerja yang berorientasi pada peningkatan kecakapan serta penguatan keagamaan yang baik. Tantangan terbesar dari dunia perguruan tinggi adalah riset. Kewibawaan dan nama besar perguruan tinggi juga sangat ditentukan oleh riset,” jelas Zainut, Doktor Studi Pemikiran Politik Islam saat menghadiri penutupan BCRR.
Selain memberi penghargaan dan apresiasi untuk para peneliti terbaik, ajang BCRR juga memberi penghargaan kepada pengelola jurnal terakreditasi. Jurnal IJIMS dari IAIN Salatiga juga berhasil membawa pulang penghargaan karena dikelola dengan baik dan berhasil menembus SINTA 1.
“Apresiasi Kemenag atas prestasi dan capaian terbaik IJIMS sebagai satu-satunya jurnal di Indonesia yang masuk Q1 adalah bukti bahwa IAIN Salatiga siap berkompetisi pada skala nasional, regional, dan internasional,” kata Rektor IAIN Salatiga, Prof Dr Zakiyuddin, MAg.
Lebih lanjut, Zakiyuddin Baidhawy mengatakan BCRR merupakan ruang yang perlu dikembangkan sebagai komunitas untuk para peneliti. “Lebih dari itu, BCRR adalah tempat untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam melakukan riset yang benar, tepat, dan bermanfaat bagi dunia akademik dan masyarakat umum,” ujarnya.