YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Wakil Rektor III Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Dr Jumadi, SE, MM, menandaskan Yogyakarta sebagai salah satu tujuan wisata terkenal di Indonesia sudah saatnya memiliki fasilitas Bandara baru bertaraf internasional yang memadahi. Bandar udara yang dimiliki saat ini hanya mampu melayani penerbangan Malaysia dan Singapura.
Jumadi mengemukakan hal itu saat membuka Mataram Intelectual Club (MIC) di Pendapa Agung UWM Yogyakarta, Jumat (4/5/2018) malam. MIC yang digelar Badan Eksekutif Mahaisiwa (BEM) mengangkat tema Yogyakarta New International Airport.
Selain mahasiswa, diskusi ini juga diikuti para dekan fakultas dan beberapa dosen juga turut hadir dalam acara tersebut. Narasumber diskusi adalah Irsyad Ade Irawan, S.IP., MA (Staff Departemen Demokrasi dan Politik Yayasan Satunama), Drs. Samsul Bahri, MM (Dosen Ekonomi Pembangunan UWM), Suryawan Raharja, SH (Ketua Lembaga Ombudsman DIY), dan Dr. Ridwan, SH., M.Hum (Dosen Hukum Tata Negara UII).
Lebih lanjut Jumadi mengatakan Bandara Yogyakarta sudah over kapasitas dan sudah tidak nyaman bagi penumpang. “Saat ini kapasitas penerbangan hanya mampu mengangkut 1,8 Juta per tahun, sedangkan jumlah penumpang sudah mencapai 7,8 juta. Hal ini menegaskan bahwa bandara baru seharusnya segera terwujud,” kata Jumadi.
Menurut Jumadi, Yogyakarta akan menjadi destinasi seperti Bali jika fasilitas Bandara terpenuhi. Sebab identitas pariwisata sangat dipengaruhi sarana atau fasilitas transportasi seperti bandara untuk wisatawan manca negara.
Masih adanya pro dan kontra, kata Jumadi, pembangunan Bandara baru di Yogyakarta perlu segera dicari penyelesaianya. Karena itu, Jumadi menyambut baik diskusi tentang New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang digelar BEM UWM Yogyakarta.
Sebab mahasiswa harus mampu memberikan sumbangsih nyata bagi dunia pendidikan dan untuk kehidupan masyarakat secara luas. Mahasiswa juga harus mewujudkan fungsi moral dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu, mahasiswa adalah agent of control yang harus peduli dengan fenomena yang terjadi dengan cara aktif melakukan pengamatan, pengkajian persoalan dan menyampaikan kritik kepada pemangku kebijakan.
Beberapa persoalan yang muncul dari kelompok petani salah satunya adalah kegelisahan petani untuk masa depan karena dampak pembangunan yang akan menggeser lahan pertanian mereka. Berkaitan administrasi atau legal standing yang cacat menurut kalangan mahasiswa juga menjadi pendorong untuk lebih mendalami persoalan bandara tersebut.
Menampik persoalan tersebut, disisi lain pembangunan bandara baru di Kulon Progo justru akan memberikan akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam banyak bidang seperti penyerapan tenaga kerja, peningkatan sektor jasa, industri dan pariwisata. Hal tersebut akan mendongkrak roda perekonomian masyarakat untuk mengantarkan pada taraf kesejahteraan sebagaimana harapan pemerintah Kabupaten Kulonprogo.