Jurusan Teknik Industri FTI UII Inisiasi Terbentuknya Akademi UMKM

Imam Djati Widodo, Elisa Kusrini dan Herry Murthala foto bersama dengan pelaku UMKM Kabupaten Sleman seusai mengikuti Focus Group Discussion (FGD) di Kampus FTI UII. (foto : istimewa)
Imam Djati Widodo, Elisa Kusrini dan Herry Murthala foto bersama dengan pelaku UMKM Kabupaten Sleman seusai mengikuti Focus Group Discussion (FGD) di Kampus FTI UII. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) menginisiasi terbentuknya Akademi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Ide tersebut merupakan program kerja Jurusan Teknik Industri FTI UII dan ditindaklanjuti dengan mengimplementasikannya bersama Rumah Kreatif Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (15/8/2024).

Diskusi bertema Pendampingan Kebutuhan Industri Kecil Menengah (IKM) menghadirkan tiga pembicara. Mereka adalah Dr Drs Imam Djati Widodo, M Eng Sc, Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII; Prof Dr Ir Elisa Kusrini, MT, CPIM, CSCP, SCOR-P, Ketua Program Studi Rekayasa Industri, Program Doktor FTI UII; dan Herry Murthala, Penyuluh Ahli Madya Disperindag Pemerinrah Kabupaten Sleman.

Bacaan Lainnya

Imam Djati Widodo menjelaskan diskusi diikuti 50 pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) Kabupaten Sleman yang bergerak di bidang fashion, makanan/minuman dan kerajinan. Tujuan utama dari program ini untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten Sleman.

Dalam diskusi, kata Imam, dibahas berbagai kebutuhan Industri Kecil Menengah (IKM). Di antaranya, aspek teknis, manajerial, dan pemasaran. Rumah Kreatif Sleman dan Disperindag Sleman berperan dalam memberikan dukungan dan bimbingan.

“Sedang Jurusan Teknik Industri FTI UII memberikan kontribusi dalam bentuk konsultasi teknis, pelatihan, dan riset. Kolaborasi ini bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan IKM agar lebih kompetitif dan inovatif di pasar,” kata Imam.

Lebih lanjut Imam menjelaskan peran Industri Kecil Menengah sangat krusial dalam memperkuat struktur ekonomi dan sosial nasional. Walaupun demikian masih banyak hambatan dan masalah dalam menjalankan usahanya.

Kegiatan ini diarahkan untuk mengidentifasi masalah yang terjadi di UMKM. Selanjutnya, dicari solusinya secara kolaboratif antara UMKM, pemerintah (Disperindag) dan perguruan tinggi/akademisi. “Jurusan Teknik Industri UII menginisiasi suatu lembaga yang dinamai ‘Akademi UMKM.’ Lembaga ini untuk mewadahi kolaborasi tersebut dengan kegiatan seperti pelatihan, pendampingan dan sertifikasi,” kata Imam.

Sedang Elisa Kusrini sangat mengapresiasi Kepala Disperindag Kabupaten Sleman beserta jajarannya. Selain itu, juga kepada pelaku UMKM Sleman yang dengan antusias mengikuti Focus Group Discussion (FGD) untuk mengindentifikasi peŕmasalahan dan peluang perbaikan demi kemajuan UMKM Sleman.

“FGD ini merupakan rangkaian dari kerjasama antara Disperindag Sleman, UMKM Sleman dan Prodi S1, S2 dan Prodi S3 Doktor Rekayasa Industri di Jurusan Teknik Industri UII. Dari FGD ini akan di-follow up dengan berbagai kegiatan pelatihan pendampingan dan penelitian yang akan dimotori dosen dan mahasiswa Jurusan Teknik Industri untuk membantu permasalahan di UMKM Sleman,” kata Elisa Kusrini.

Sementara Herry Murthala mengatakan FGD bertujuan mengidentifikasi dan menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi Industri Kecil Menengah (IKM). Peserta telah menyampaikan laporan mengenai kondisi IKM, mencakup kinerja finansial, pasar, dan operasional.

Herry Murthala menjelaskan permasalahan yang dihadapi IKM sedikitnya ada empat macam yaitu keterbatasan akses pasar, kurang inovasi produk, masalah keuangan, dan ketrampilan manajerial. Pertama, untuk akses pasar, selama ini IKM Sleman mengalami kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas. Kedua, Produk IKM kurang kompetitif dan inovatif.

Ketiga, masalah keuangan, IKM mengalami kesulitan dalam mengelola arus kas dan akses ke pembiayaan. Keempat, pelaku IKM masih memiliki keterbatasan dalam keterampilan manajerial dan teknis.

Solusinya, kata Herry Murthala, pertama, pengembangan strategi pemasaran digital dan kolaborasi dengan platform e-commerce. Kedua, inovasi produk dengan pelatihan pengembangan produk baru dan riset pasar untuk memahami kebutuhan konsumen.

Sedang ketiga, masalah keuangan, tambah Herry, dilakukan dengan workshop tentang manajemen keuangan dan akses ke pembiayaan melalui lembaga keuangan mikro. Keempat, perlu pelatihan peningkatan keterampilan manajerial, termasuk manajemen operasional dan strategi bisnis. “Solusi disepakati dengan penekanan pada implementasi bertahap dan evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas program yang telah disusun,” kata Herry Murthala.

Herry Murthala menambahkan tindak lanjut dari FGD adalah penugasan penanggung jawab. Mereka akan bertanggung jawab, pertama, mengatur pelatihan pemasaran digital. Kedua, menyusun rencana pelatihan inovasi produk. Ketiga, mengatur workshop manajemen keuangan.

“Setelah itu dilakukan evaluasi. Pelaku UMKM akan melakukan pertemuan tindak lanjut dijadwalkan. Pertemuan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kemajuan dan dampak implementasi solusi,” kata Herry Murthala. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *