Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta didirikan sejak 1945 oleh tokoh nasional dan cendekiawan muslim Indonesia. Dengan rumusun visi misi yang juga menitikberatkan pada dakwah Islamiyah, UII terus mengembangankan berbagai pola pendidikan formal dan informal untuk mencetak lulusan yang memiliki kontribusi nyata pada masyarakat. Seperti dalam kutipan sambutan Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, Rektor UII pada acara wisuda Sabtu 18 Maret 2023, bahwa mahasiswa diharapkan terus terhubung dengan sumber energi positif untuk mengembangkan jejaring, mendiskusikan kontribusi kolektif, tidak hanya untuk UII, tetapi lebih penting untuk berandil menyelesaikan beragam masalah riil yang ada di tengah masyarakat.
Menuju visi misi tersebut, UII melalui Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) yang mendorong Takmir Masjid Ulil Albab untuk mengembangan program positif untuk mendorong peningkatan kualitas mahasiswa. Salah satunya dengan penyelenggaraan Safari Iman di Ramadhan (SAFIR) di lingkungan masjid Kampus Terpadu UII.
“Pola kegiatan SAFIR, intinya menghindari terlalu banyak kegiatan, tapi merumuskan kegiatan yang mentes saja. Harapannya dapat memberikan materi yang benar-benar bermanfaat dan mendorong keberkahan di bulan Ramadhan. Salah satu kegitan SAFIR adalah Kajian Spesial Senja, Alhamdulillah animo sangat tinggi, bahkan sudah menembus 2000 peserta, kesemuaanya mendapatkan konsumsi untuk berbuka,” ungkap Drs. Nanang Nuryanta, M.Pd, Direktur DPPAI UII, Kamis 30 Maret 2023, di Gedung KHA Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam.
Lebih lanjut Nanang Nuryanta menambahkan pola SAFIR tahun ini bagian dari penyempurnaan tahun sebelumnya. Awalnya sempat dengan pola berbagai paket berbuka puasa di berbagai sudut kampus, mengingat masih adanya social distancing. Namun tahun ini, mahasiswa diberikan bekal ilmu dalam kajian, sebelum berbuka puasa bersama di kampus.
Sejak hari pertama bulan Ramadhan, Takmir Masjid Ulil Albab UII menghadirkan pengisi kajian SAFIR dari ustadz berbagai daerah bahkan menghadirkan Ustadz Handy Bonny dari Bandung. Selain itu, salah satu pengisi Kajian Safir, Drs. Imam Mujiono, M.Ag (Ustadz Imam Mujiono) yang menjadi pembuka dari serangkaian kegiatan. mencoba mendorong mahasiswa di hari pertama Ramadhan, dengan tema Muda Berdakwah, Tua Menggores Kisah.
Ustadz Imam Mujiono memotivasi peserta kajian bahwa masa kuliah merupakan momentum kondusif untuk membekali diri dengan gigih agar dapat menjadi ‘sesuatu yang bermakna di masa depan. Berbagai kegiatan mahasiswa sesungguhnya dapat dijadikan sebagai pondasi untuk menjadi seorang da’i handal di masa depan, yang sesungguhnya dapat memulai kegiatan dakwah sejak masih berstatus sebagai mahasiswa. Kegiatan akademik menulis paper, presentasi di depan kelas, diskusi kelompok, mengikuti rapat kegiatan kemahasiaan, atau pengalaman memimpin rapat organisasi mahasiswa, sesungguhnya dapat menjadi modal kuat untuk menjadi seorang da’i.
“Saat berpredikat sebagai mahasiswa, terlebih mahasiswa UII, seyogyanya juga membekali diri sebagai seorang da’i, karena untuk menjadi seorang da’i tidak harus menunggu tua, tidak harus berilmu agama tinggi, dan tidak harus pandai berbicara di depan orang banyak, melainkan dapat dirintis sejak usia muda atau usia mahasiswa,” kata Ustadz Imam Mujiono yang juga berpengalaman mengisi materi public speaking berbagai instansi, perusahaan nasional dan luar negeri.
Ustadz Imam Mujiono yang juga pengajar di Fakultas Ilmu Agama Islam UII, memperdalam materi kepada peserta kajian dengan memberikan gambaran metode dakwah. Menurutnya, metode dakwah dibagi 3 jenis, yaitu Dakwah bil Khitobah, Dakwah bil Kitaabah, dan Dakwah bil Haal. Dakwah bil khitoobah dapat dilakukan dengan berbicara di depan orang banyak, dan lazim disebut dengan public speaking, atau presentasi.
“Ketika mahasiswa menerima tugas untuk presentasi di depan kelas atau saat diskusi kelompok. Secara tidak langsung, sebenarnya sudah membiasaakan diri untuk memperkuat skill presentasi yang dibutuhkan dalam kegiatan Dakwah bil Khitoobah. Itu kenapa penting mahasiswa yang juga aktif berorganisasi, karena mendapat kesempatan lebih untuk mengasah skill berkomunikasi dan presentasi,” jelas Ustadz Imam.
Ditambahkannya, bagi mahasiswa yang senang berorasi saat demonstrasi akan mendapat kesempatan lebih banyak dalam mengasah public speaking skill. Dakwah bil Kitaabah juga sangat relevan dengan kehidupan mahasiswa, karena hampir semua dosen selalu memberi tugas untuk menulis paper. Keterampilan menulis juga mengasah kemampuan dakwah melalui tulisan. Terlebih bagi anak milennial yang sering unjuk eksistensi diri dengan berbagai tulisan di berbagai media sosial.
Lanjutnya, Dakwah bil Haal yang merupakan kegiatan Dakwah dengan tindakan konkrit. Misal, meninggalkan kamar kost menuju masjid saat terdengar adzan pada hakekatnya merupakan bentuk sederhana dari kegiatan dakwah bil haal. Terlebih jika disertai ajakan ringan kepada penghuni kost yang lain. Juga ketika Mengajak atau memberi contoh untuk aktif menghadiri kegiatan pengajian di masjid terdekat atau masjid kampus, juga merupakan bentuk lain dari kegiatan dakwah bil haal.
“Kegiatan dakwah yang dirintis sejak bersatus mahasiswa dapat dijadikan pondasi kokoh untuk menjadi da’i handal di masa depan. Berbagai pengalaman berdakwah saat masih menjadi mahasiswa, akan dapat menjadi kenangan manis saat akhirnya benar- benar menjadi da’i hebat yang diakui eksistensinya di tengah masyarakat. Saat itulah ia bisa menuturkan kisah tentang berbagai pengalaman berdakwah saat masih menjadi mahasiswa dulu,” dorong Ustadz Imam Mujiono. (IPK)