YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Program Kampus Merdeka bertujuan mengembalikan ruh esensial untuk memerdekakan potensi mahasiswa sehingga mereka bisa berkembang secara optimal. Caranya dengan bergotong royong atau berkolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia industri.
Prof Ir Nizam MSc, DIC. PhD, IPU. Asean Eng, Pelaksana Tugas Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) saat menjadi keynote speaker pada penutupan Growth Festival 2021 secara Daring (dalam jaringan), Kamis (28/10/2021). Growth Festival bertema ‘Scaling Deep to Scaling Up’ diselenggarakan Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) Universitas Islam Indonesia (UII).
Lebih lanjut Nizam mengatakan satu perguruan tinggi tidak mungkin menyediakan seluruh kebutuhan agar mahasiswa bisa berkembang optimal. Sebab ilmu pengetahuan terus berubah sehingga perguruan tinggi tidak bisa menguasainya sambil berlari.
Karena itu, kata Nizam, perguruan tinggi harus membangun kolaborasi dengan stakeholders. “Cara terbaik ya harus bergandengan tangan. Kawin massal antara dunia industri dan perguruan tinggi. Sinergi perguruan tinggi dengan kampus kehidupan ini memberikan ruang yang lebih dinamik kepada mahasiswa dalam mengembangkan masa depannya,” kata Nizam.
Dijelaskan Nizam, ketika perguruan tinggi mengumpulkan alumni yang sukses, mereka merupakan hasil pendidikan lima tahun lalu. Karena itu, perguruan tinggi dituntut untuk terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan merancang kurikulum yang fleksibel untuk lima tahun mendatang.
“Kurikulum dan dunia kerja ini tidak pernah nyambung. Keduanya selalu bekejar-kejaran. Karena itu, kurikulum ke depan harus kokoh di pondasinya, kemudian cabang-cabang kompetensinya seluas mungkin untuk memberi ruang bagi mahasiswa dan untuk beradaptasi dengan perubahan di dunia kerja,” tandas Nizam.
Kurikulum yang fleksibel akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang agile (lincah), dan adaptif terhadap perubahan. Salah satunya, penguasaan data sains yang harus dimiliki mahasiswa dari seluruh program studi (Prodi). Untuk mempercepat pencapaian, perguruan tinggi bisa menyelipkan mata kuliah data sains pada masing-masing Prodi.
“Program Belajar Kampus Merdeka merupakan terobosan. Memang sulit untuk diimplementasikan bagi perguruan tinggi yang tidak siap berubah dan terjebak pada mindset konvensional,” tandas Nizam.
Sementara Ir Wiryono Raharjo, MArch, PhD, Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan mengatakan penguasaan entrepreneur mindset dari lulusan sulit diwujudkan tanpa ekosistem yang mendukung. Karena itu, Pimpinan UII periode 2018-2022 mengubah akronim dari Inkubasi Bisnis Mahasiswa (IBISMA) menjadi Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama.
“Kata bersama ini sangat penting, karena menunjukkan upaya kolektif civitas akademika UII untuk menguatkan ekosistem kewirausahaan. Sehingga Growth Festival 2021 ini tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga dosen, tenaga kependidikan (Tendik), dan masyarakat umum,” kata Wiryono.
Sedang kata Growth Festival, jelas Wiryono, sengaja disematkan pada berbagai acara yang diselenggarakan IBISMA. Penyematan ini mengambil kata depan Growth Hub atau Simpul Tumbuh di UII. Ini merupakan nick name dari Direktorat Pengembangan Kewirausahaan UII.
“Growth Hub itu dibentuk tahun 2018, ketika UII sedang mengelola hibah Erasmus+ bersama enam universitas di Indonesia dan tiga universitas di Eropa. Growth Hub berada di masing-masing perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam konsorsium tersebut. Tetapi namanya berbeda-beda di masing-masing perguruan tinggi,” kata Wiryono.
Wiryono mengharapkan tahun depan setelah pandemi Covid memungkinkan menyelenggarakan Growth Fetival secara luar jaringan (Luring) atau kombinasi Luring dan Daring. Sehingga pengalaman yang diperoleh peserta festival bisa lebih mendalam.