YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Lembaga pendidikan Islam banyak yang sudah maju dan berkualitas, tetapi tidak sedikit yang masih bermutu rendah. Itu pun masih berkutat pada pengembangan akademik sebagai kewajiban pokoknya atau sekedar jalan. Sehingga lembaga pendidikan Islam tersebut banyak yang menjadi pilihan kedua.
Hal tersebut diungkapkan Dr M Hajar Dewantoro, MAg, Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) Yogyakarta dalam bedah buku ‘Kepemimpinan Profetik’ secara Daring, Kamis (12/8/2021). Bedah buku digelar Program Studi Doktor Hukum Islam (Prodi DHI) FIAI UII.
Bedah buku menampilkan M Hajar Dewantoro sebagai penulis buku. Pembedah Dr Taufiqin, MSI, Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus, Jawa Tengah dan Dr Joko Susilo, MPd, Dosen Prodi IAIPM FIAI UII, Yogyakarta. Sedang moderator M Pudail, SThI, MSI, Kandidat Doktor Prodi DHI FIAI UII, Yogyakarta.
Lebih lanjut Hajar Dewantoro mengatakan penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan konsep untuk mengangkat derajat lembaga pendidikan Islam, baik tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. “Kepemimpinan Profetik menjadi solusi pengembangan internal pendidikan Islam,” kata Dewantoro.
Dalam penelitiannya, Dewantoro tidak menggunakan teori dari Barat, tetapi memakai teori yang ada di dalam Agama Islam. Banyak teori di dalam Agama Islam yang bisa dikembangkan menjadi solusi untuk pengembangan pendidikan Islam. Selain itu, juga berguna untuk meningkatkan kecerdasan berbasis maqoshid syariah.
Penelitian ini, kata Dewantoro, fokus pada tiga hal. Pertama, bagaimana transformasi kepemimpinan profetik di organisasi sekolah. Di sini, kepemimpinan dan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW menjadi dasar sifat kepemimpinan Islam. Karena itu, Dewantoro mengamati bagaimana kepala sekolah/madrasah mengembangkan di lembaga pendidikannya.
Kedua, bagaimana pengembangan kecerdasan profetik berbasis maqoshid syariah. Dewantoro merasa yakin di sekolah tidak merancang kurikulum berdasar maqoshid syariah. Tetapi kegiatan-kegiatan sekolah sudah mengarah pada kecerdasan profetik.
Sedang ketiga, pengembangan kepemimpinan profetik bagi organisasi sekolah dan kecerdasan profetik terhadap peserta didik pasti ada pengaruhnya. Berdasarkan hasil penelitiannya, ada dampak positif bagi kualitas sekolah dan kualitas siswa-siswinya.
“Teori banyak. Tetapi ada konsep, sifat Nabi adalah Alquran itu sendiri. Tetapi untuk penelitian menjadi sulit. Maka sifat Nabi Muhammad SAW yang empat dan menjadi dasar yaitu Sidiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh,” kata Dewantoro.
Sementara Kapordi DHI, Dr Yusdani mengatakan bedah buku ini diharapkan muncul banyak gagasan dan mungkin pengembangan yang dituangkan dalam buku. Ada enam buku yang bakal dibedah dan buku ‘Kepemimpinan Profetik’ ini merupakan buku kedua yang dibedah. Buku tersebut merupakan hasil penelitian desertasi penulisnya.
Pada bedah buku kedua ini, menampilkan pembawa acara dari Malaysia. Peserta bedah buku sempat bertanya-tanya, pembawa acara sepertinya bukan orang Indonesia karena dilihat dari dialek dan pengucapan kata-kata.
Yusdani mengatakan sengaja meminta mahasiswa asal Malaysia untuk menjadi pembawa acara. Agar dalam acara bedah buku ini ada suasana baru dan merupakan langkah Prodi DHI FIAI UII untuk menuju internasonalisasi.
“Tampaknya, hadirin agak kaget, karena MC bukan orang Indonesia. Memang betul, bukan orang Indonesia, tetapi masih serumpun dengan Indonesia. Namanya, Nur Afiqah Azizan adalah mahasiswi sedang magang di Prodi DHI FIAI UII selama dua bulan,” kata Yusdani.