YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Persaingan antar Program Studi (Prodi) atau Fakultas yang bertujuan untuk menunjukkan dominasi dan keunggulan masing-masing dalam satu perguruan tinggi dinilai kurang sehat. Sebab persaingan seperti itu atau kerja segmentasi justru menghambat kemajuan perguruan tinggi.
“Kompetisi antar program studi sah-sah saja. Tetapi persaingan antar program studi dan berusaha untuk mengganjal kemajuan program studi lain itu membuat kondisi akademik tidak sehat,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Prof Dr Edy Suandi Hamid.
Kerja dalam universitas tidak bisa dengan pola segmentasi dan sektarian. Universitas itu bermakna union atau gabungan antar program studi dan fakultas. Semua elemen dalam universitas wajib saling membantu dan saling menguatkan.
Dalam saresehan menjelang buka puasa, Selasa (12/4/2022), Edy berpendapat setiap program studi bersama fakultasnya memiliki potensi untuk mencapai kemajuan. Salah satu contohnya, Prodi Sosiologi Fisipol UWM, memiliki tujuh dosen tetap dan tidak tetap, dengan komposisi tiga doktor dan tiga kandidat doktor. Ini menunjukkan ada kualitas level pendidikan dosen. Kemudian Prodi Ilmu Komunikasi dan Administrasi Publik, terdapat dosen-dosen muda yang potensial dan energik.
“Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UWM memiliki potensi tinggi. Ibarat batang terendam air harus diapungkan agar bermanfaat. Semua program studi perlu membaca potensi yang dimiliki. Kemudian tunjukkan kemampuannya kepada masyarakat, jangan sampai merasa rendah diri, minder. Kemajuan itu bisa dicapai dengan mengetahui potensi yang terdapat di dalam fakultas ini,” jelas Edy.
Kerja Ibadah
Edy Suandi Hamid yang juga pimpinan Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, mengingatkan agar para pengelola dan dosen UWM perlu mencontoh lembaga pendidikan Muhammadiyah. Saat ini, Muhammadiyah memiliki 176 perguruan tinggi.
Dalam memajukan universitas dan insititut bertumpu pada ajaran pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, “Hidupi Muhammadiyah, Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah.”
Ideologi Muhammadiyah tersebut mengajarkan setiap elemen menjadi bagian dari lembaga apapun harus berpikir pengabdian dalam memajukan pendidikan itu bernilai ibadah. Pengabdian tidak selalu diukur dengan nilai materi atau finansial.
“Kita hidup di lingkungan Universitas Widya Mataram, nilai-nilai tentang pengabdian sebagai ibadah perlu menjadi bagian dalam memajukan universitas ini. Dengan demikian kita tidak mengeluh dengan persoalan finansial. Kita harus meyakini rejeki bisa dapat dari mana saja, sementara memajukan pendidikan adalah bagian dari ibadah,” jelas Edy.
Sementara Dekan Fisipol Dr As Martadani Noor, MA menyatakan, temu keluarga fakultas yang melibatkan dosen dan tenaga kependidikan dari tiga program studi di fakultasnya. Pertemuan ini merupakan bagian dari edukasi untuk meningkatkan sinergi antar elemen di Fisipol.
Menurut Martadani, komunikasi di luar kampus dalam acara informal biasanya mendorong situasi yang cair antar dosen maupun tenaga kependidikan. Sebab suasana kekeluargaan dapat menghilangkan sekat jabatan dan perbedaan status dalam struktur kepegawaian.
Martadani menyatakan sangat memahami potensi besar dari segi sumber daya manusia dosen maupun tenaga kependidikan di fakultasnya. Karena itu Fisipol akan mengoptimalkan peran semua sumber daya di dalam dan luar kampus.