PURWOREJO — Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Upaya ini dilakukan dengan menerapkan multi disiplin ilmu yang ada di UII Yogyakarta.
Demikian diungkapkan Dr Unggul Priyadi, Kepala Pusat KKN Direktorat Penilitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) kepada wartawan paparan program KKN di Desa Jogorogo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Senin (19/2/2018). Paparan program KKN juga dihadiri Drs Sumaryo, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kabupaten Purworejo, dan Sekeretaris Desa Jogoboyo, Nurhayati.
Dijelaskan Unggul, KKN angkatan 56, UII menerjunkan sebanyak 1.344 mahasiswa. Sebanyak 1.034 mahasiswa ditempatkan di Kabupaten Purworejo, sedang selebihnya ditempatkan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. KKN dilaksanakan selama satu bulan yaitu 23 Januari hingga 23 Februari 2018.
Lebih lanjut Unggul mengatakan untuk Desa Jogoboyo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo ada 48 mahasiswa. Mereka melaksanakan program untuk pemberdayaan masyarkat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program yang dilaksanakan meliputi memperbaiki Sistem Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Jogoboyo dan Tata Letak Fasilitas Pasar yang dilaksanakan Fakultas Ekonomi, Ekonomi Islam, dan Teknik Industri. Fakultas Teknik sipil menerapkan program Pemetaan Wilayah dan Desain Renovasi Kantor Bumdes.
Selanjutnya, Program Studi Teknik Elektro dan Teknik Mesin membuat program Sistem Energi Pengganti Diesel pada Model Aerator Tambak Udang. Program Studi Teknik Informatika membuat pelatihan komputer, internet, dan e-commerce bagi warga Desa Jogoboyo. Sedang Prodi Teknik Kimia memiliki program pemanfaatan limbah sabut kelapa dan gedebog pisang untuk dibuat pupuk KCL dan phospat.
Program kerja KKN UII ini mendapat sambutan dari Pemerintah Kabupaten Purworejo. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Sumaryo mengharapkan pengembangan Aerator Storage (Astro) perlu diseriusi. Sebab alat ini bisa membantu petambak udang agar kincir airnya tetap memutar walau listrik mati.
Astro ini bisa menghemat operasional petambak udang sebanyak 50 persen. Selama ini, petambak menggunakan solar untuk menghidupkan generator agar kincir air di kolam udang tetap hidup. Jika menggunakan generator, biaya operasional petambak setiap bulannya sebesar Rp 6 juta. Sedang menggunakan Astro, biaya operasional hanya Rp 3 juta.
“Untuk memperbanyak Astro bisa dibeayai dengan dana desa. Pengelolaannya bisa diserahkan kepada BUMDes. Sehingga keuntungan dapat dinikmati petambak dan desa,” kata Sumaryo.