Kolaborasi Antar PMI Bisa Menekan Outdated Kantong Darah

Agus
Agus Mansur (kiri) dan Imam Djati Widodo saat memberi keterangan kepada wartawan. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Kolaborasi antar Palang Merah Indonesia (PMI) dalam mengumpulkan kantong darah dapat menekan shortage, expired product, biaya operasional, dan meningkatkan order fulfillment. Sehingga seluruh kantong darah yang sudah dikumpulkan bisa terserap dan tidak ada yang terbuang karena kadaluwarsa.

Itulah hasil penelitian desertasi Dr Agus Mansur, ST, M Eng Sc, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Desertasi yang berjudul ‘Perbaikan Pengelolaan Persediaan pada Rantai Pasok Kantong Darah pada Sistem Desentralisasi’ dibeberkan kepada wartawan secara virtual, Kamis (13/4/2023).

Bacaan Lainnya

Dijelaskan Agus Mansur, model kolaborasi antar PMI ini merupakan upaya untuk memperbaiki perolehan dan pendistribusian kantong darah. Sebab dengan desentralisasi penganggaran yang diterapkan pada PMI (Palang Merah Indonesia) membuat ada daerah berlimpah, dan ada daerah minus stok kantong darah.

Agus Mansur yang juga pakar Supply Chain ini mengusulkan perlu adanya Blood Supply Chain Management (BSCM) atau Manajemen Rantai Pasok Kantong Darah (MRPKD). Desertasi tersebut berhasil dipertahankan di Program Studi Doktor Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, 14 Maret 2023.

Agus Mansur dalam penelitiannya, memberikan dua usulan perbaikan MRPKD. Pertama, darah yang diperoleh dari pendonor dari tempat yang sudah ditentukan dan mobile unit disetor ke Rumah Sakit Bank Darah dan Rumah Sakit tanpa Bank Darah. “Darah yang disimpan di Rumah Sakit dengan Bank Darah bisa bertahan 35 hari. Sedangkan Rumah Sakit tanpa Bank Darah waktu expired-nya lebih pendek,” kata Agus Mansur.

Kedua, menerapkan strategi kolaborasi antar PMI dari berbagai daerah. Unit mobile transfusi darah PMI suatu daerah dapat mengambil darah pendonor dari daerah lain. Selanjutnya, kantong darah tersebut disalurkan ke rumah sakit-rumah sakit yang membutuhkan.

“Perubahan kebijakan yang diusulkan terhadap blood bank adalah pertama, perlu menata ulang standard operating procedure dalam melakukan event MUM, me-review kebijakan target inventory, dan cermat dalam membangun kebijakan prosentase produksi. Kedua, mendapatkan model yang dapat menguji efektivitas dan efisiensi dari penggunaan strategi kolaborasi dalam pengelolaan persediaan antar blood bank dalam jaringan rantai pasok kantong darah,” kata Agus.

Model kolaborasi, kata Agus, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan performansi. Di antaranya, pertama, penurunan shortages 34 % hingga 81%. Kedua, peningkatan pendapatan pada masing-masing anggota kolaborasi sebesar 27% hingga 28%. “Keberhasilan dari penelitian ini akan bermanfaat sebagai referensi perbaikan sistem MRPKD di Indonesia,” harap Agus Mansur.

Sementara Dr Drs Imam Djati Widodo, M Eng Sc, Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII mengharapkan keberhasilan Agus Mansur dapat memicu calon doktor lain segera menyelesaikan studinya. Saat ini, Jurusan Teknik Industri UII masih memiliki sembilan dosen yang sedang studi lanjut program doktor.

“Mudah-mudah cepat selesai dan tiga tahun lagi jumlah doktor di Jurusan Teknik Industri akan lebih banyak. Semoga hasil penelitian Pak Agus Mansur dapat menambah kemanfaatan bagi kesehatan, khususnya bidang Supply Chain kantong darah dan bisa mengurangi darah yang kadaluwarsa,” kata Imam. (*)