YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Konsep berpikir sistemik dalam mengurai masalah transportasi adalah melihat keseluruhan sistem dan hubungan antar bagian-bagiannya, seperti armada, infrastruktur, regulasi, dan kebijakan. Setidaknya ada tiga output yang dapat dihasilkan dari penerapan konsep berpikir sistemik dalam mengatasi masalah transportasi:
Hal tersebut terungkap dalam Webinar Internasional #2 dengan tema ‘Konsep sistem thinking di problem transportasi.’ Webinar ini diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Doktor Rekayasa Industri Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta, Selasa (31/12/2024).
Prof Dr Ir Elisa Kusrini, MT, CPIM, CSCP, SCOR_P, Ketua Program Studi Rekayasa Industri, Program Doktor FTI UII mengatakan webinar menghadirkan narasumber dari enam negara ini. Webinar ini diharapkan dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana berbagai negara menangani dan mengatasi masalah transportasi dengan memanfaatkan pemikiran sistemik.
“Kami sangat senang dapat menghadirkan narasumber-narasumber ahli dari enam negara yang berbeda. Webinar ini bertujuan untuk memberikan wawasan berharga tentang bagaimana berbagai negara menangani dan mengatasi masalah transportasi dengan memanfaatkan pendekatan berpikir sistemik,” kata Elisa Kusrini.
Elisa Kusrini menambahkan melalui diskusi dan berbagi pengalaman dari perspektif internasional, diharapkan peserta dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai solusi inovatif dan strategi yang telah diterapkan di berbagai belahan dunia. “Semoga diskusi ini dapat membuka perspektif baru dan memberi inspirasi dalam mengatasi tantangan transportasi di negara kita,” kata Elisa.
Narasumber utama webinar ini adalah Dr Ir Arman Hakim Nasution, MEng dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Sedangkan narasumber panel, Rian Adam Rajagede, SKom., MCs. (University of Central Florida, USA); Fietyata Yudha, SKom, MKom (National Yang Ming Chiao Tung University, Taiwan); Ir Muhammad Ragil Suryoputro, ST, MSc, IPM (University of Wollongong, Australia); Ir Andrie Pasca Hendradewa, ST, MT, IPM (Norwegian University of Science and Technology, Norwegia); Galang Prihadi Mahardhika, SKom, MKom (Ibaraki University, Jepang); Rininta Hanum, ST, MEng (UII, Indonesia); Ir Rezki Amelia Aminuddin AP, ST, MT (UII, Indonesia); dan Nur Ihwan Safutra, ST, MT, IPM, ASEAN Eng (UII, Indonesia).
Sementara Dr (Cand) Ahmad Padhil, Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Doktor Rekayasa Industri (HMDRI) FTI UII mengatakan berdasarkan data armada darat, hanya 8% yang memiliki Sertifikat Manajemen Keselamatan. Ini menunjukkan adanya masalah pada penerapan standar keselamatan yang tidak merata. Hal ini dapat mengancam keselamatan perjalanan dan mengindikasikan perlunya perbaikan dalam sistem manajemen keselamatan transportasi secara keseluruhan.
Menurut Ahmad Padhil, penerapan konsep berpikir sistemik dalam mengatasi masalah transportasi setidaknya ada tiga output yang dapat dihasilkan. Pertama, Analisis Interaksi dan Dampak Keterkaitan dalam Sistem Transportasi. Kedua, Model Sistemik untuk Perencanaan dan Kebijakan Transportasi Berkelanjutan. Ketiga, Evaluasi Solusi Transportasi dengan Pendekatan Multi-Dimensi.
Ahmad Padhil menambahkan output pertama, penerapan konsep berpikir sistemik memungkinkan analisis mendalam tentang bagaimana elemen-elemen dalam sistem transportasi saling berinteraksi. Elemen-elemen tersebut di antaranya, infrastruktur, kebijakan, dan perilaku pengguna.
“Penelitian ini akan menghasilkan pemahaman tentang dampak perubahan pada satu bagian sistem terhadap bagian lainnya. Misalnya, bagaimana penambahan jalur transportasi dapat memengaruhi kepadatan lalu lintas, polusi udara, dan penggunaan transportasi umum. Hasil analisis ini dapat memberikan dasar untuk merancang solusi yang lebih terintegrasi dan berdampak luas,” kata Ahmad Padhil.
Output kedua, kata Ahmad Padhil, dengan berpikir sistemik, para peneliti dapat mengembangkan model-model simulasi atau framework yang menggambarkan dinamika transportasi secara menyeluruh, termasuk variabel-variabel seperti kapasitas jalan, volume lalu lintas, dan kebijakan pengendalian kendaraan.
Model ini akan mengidentifikasi kebijakan mana yang paling efektif dalam mengurangi kemacetan dan emisi, sambil mendukung pembangunan transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. “Output ini dapat digunakan oleh pembuat kebijakan untuk merancang langkah-langkah yang mempertimbangkan jangka panjang dan aspek keberlanjutan,” kata Ahmad Padhil.
Sedang output ketiga, konsep berpikir sistemik memungkinkan evaluasi solusi transportasi dengan mempertimbangkan berbagai dimensi, seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Melalui penelitian ini, dapat dianalisis bagaimana kebijakan transportasi memengaruhi kualitas hidup masyarakat, efisiensi biaya, serta dampaknya terhadap perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Evaluasi ini memberikan rekomendasi berbasis bukti untuk mengoptimalkan kebijakan yang tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga adil dan inklusif bagi semua pihak. (*)