BANTUL — Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) V, Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA mengaharapkan alumni perguruan tinggi untuk menjunjung kebenaran dan kejujuran setelah memasuki dunia kerja. Sebab hanya dengan kejujuran kondisi negara Republik Indonesia akan lebih baik.
Bambang Supriyadi mengemukakan hal tersebut pada Wisuda Ahli Madya, Sarjana dan Sumpah Profesi Universitas Alma Ata (UAA) di Yogyakarta, Selasa (1/8/2017). Sebanyak 351 wisudawan/wisudawati dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Kebidanan, Ilmu Gizi (Fakultas Kesehatan), Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Ekonomi Syariah (ESY), dan Perbankan Syariah (PSY).
Lebih lanjut Bambang Supriyadi mengatakan sudah banyak negara menjadi makmur dengan menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Salah satu contohnya negara Denmark yang tidak memiliki hasil bumi seperti Indonesia tetapi bisa makmur. “Denmark tidak memiliki hasil bumi, tetapi bisa makmur. Ini berkat negara tersebut menjaga lejujuran. Demikian pula negara Selandia Baru ” kata Bambang.
Bambang mengakui jika banyak pendahulu yang melakukan kecurangan dalam berbagai bidang. Karena itu, para wisudawan diharapkan tidak mecontoh hal yang tidak baik agar negara Indonesia makmur.
Selain itu, Bambang juga berharap alumni perguruan tinggi harus menghindarkan diri dari dua penyakit yaitu Kudis dan TBC. “Kudis itu bukan penyakit seperti gatal-gatal tetapi singkatan dari kurang disiplin. Sedang TBC singkatan dari tidak bisa computer,” kata Bambang.
Sedang Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Prof Dr H Hamam Hadi MS, ScD, SpGK mengatakan para wisudawan termasuk pemuda yang beruntung. Sebab para wisudawan termasuk 30 persen pemuda-pemudi usia pendidikan perguruan tinggi yang tertampung di perguruan tinggi di Indonesia.
Hamam mengingatkan kepada para wisudawan menjadi pegawai negeri merupakan impian setiap lulusan. Namun daya tampung pegawai sangat minim sehingga berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ada 688 ribu lulusan perguruan tinggi yang belum atau tidak bekerja. Bahkan sebanyak 495 ribu orang menyandang gelar sarjana.
Kaarena itu, Hamam mengharapkan agar para wisudawan tidak hanya berharap menjadi pegawai. Tetapi mereka diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan minimal bagi dirinya sendiri dan orang lain yaitu menjadi wirausahawan. “Harus beani melangkah membangun lapangan kerja baru. Apalagi saat ini Indonesia baru memiliki kurang dari dua persen wirausahawan. Kalian bisa mencontoh pak Joko Widodo dan Chairul Tanjung,” tandas Hamam.