YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) berhasil mengubah buah ketapang menjadi kertas. Hasil penelitian Galih Dwiki Ramanda, Shery Glennita van Leun, dan Tri Cantikasari ini memenangkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) katagori Penelitian dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2019.
“Penelitian ini dilatarbelakangi banyak buah ketapang yang berserakan di sekitar tempat parkir kampus UII. Kemudian kita mikir, mau dijadikan apa buah ketapang tersebut. Kakak kelas sudah ada yang memanfaatkan, tetapi hanya bijinya. Sedangkan kulit luarnya belum dimanfaatkan,” kata Tri Cantikasari yang didampingi Shery Glennita van Leun dan Galih Dwiki Ramanda di Kampus FMIPA UII, Senin (15/7/2019).
Kemudian Cantikasari, Shery dan Galih meneliti kandungan kulit ketapang. Ternyata ada kandungan selulosa atau salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan baku membuat kertas. Selama ini, bahan kertas dari kayu yang dihasilkan hutan. Penebangan kayu yang dilakukan secara besar-besaran dan bertahun-tahun ini dikuatirkan akan merusak lingkungan.
Tiga mahasiswa yang berada di bawah bimbingan Dosen M Arsyik Kurniawan S, SSi, MSc ini juga menambahkan minyak atsiri dari kulit jeruk bali pada bubur kulit ketapang yang akan dijadikan kertas. “Minyak atsiri kulit jeruk bali ini berguna sebagai anti rayap,” kata Cantikasari.
Langkah-langkah yang dilakukan, kulit ketapang dipisahkan dari bijinya dan dibersihkan. “Penelitian ini menggunakan NaOH 1,5% dan 5% sebagai pelarut dalam proses delignifikasi serat kulit biji buah ketapang dengan pulp ketapang ditambahkan limbah kertas (perbandingan 1:4),” katanya.
Penambahan limbah kertas ini dimaksudkan sebagai perekat serat-serat ketapang. Kemudian dilakukan pengujian kualitatif menggunakan Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) pada serat ketapang.
Hasil uji FTIR, kata Cantikasari, menunjukkan serat ketapang didelignifikasi masih memiliki kandungan ketapang. Hal ini ditunjukkan dengan peak gugus aromatik C=C pada rentang 1200-1300 cm-1.
Namun setelah dilakukan delignifikasi terjadi perubahan berat dari 37,20 g menjadi 23,54 g. Selain itu, ada perubahan tekstur menjadi lebih halus, dan perubahan warna menjadi cerah. “Hal ini mengindikasikan kadar lignin berkurang, dan menyisakan selulosa yang berpotensi menggantikan pulp kayu dalam pembuatan kertas,” jelasnya.
Kata Cantikasari, 30 buah ketapang dapat menghasilkan lima lembar kertas berukuran 30×20 Cm. Mereka mencetak bubur kulit ketapang menjadi kertas menggunakan screen pembuat sablon.
Ketiga mahasiswa Prodi Kimia UII ini berharap penemuan kulit ketapang bisa menjadi bahan baku membuat kertas ini menjadi alternatif sebagai pengganti kayu. Mereka mengakui untuk membuat kertas yang lebih putih, tipis dan halus harus dilakukan penelitian lebih lanjut.