YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Mahasiswa Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang sedang menuntut ilmu di Yogyakarta bakal memiliki Asrama Mahasiswa setelah menunggu selama 20 tahun. Sabtu (18/3/2023), Bupati Rokan Hulu, Letkol Arh (Purn) H Sukiman meletakan pembangunan Asrama Mahasiswa yang terletak di Jalan Sorosutan Kapanewon Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dijelaskan Sukiman, Asrama Mahasiswa Rokan Hulu ini dibangun di atas tanah seluas 400 meter persegi. Bangunan Asrama Mahasiswa terdiri dari dua lantai, lantai satu seluas 125 meter persegi, dan lantai dua juga 125 meter persegi. Asrama Mahasiswa ini memiliki sembilan kamar tidur masing-masing berukuran 3×3 m, aula, kamar mandi, dapur, tempat parkir dan halaman.
“Konstruksi bangunan menggunakan konsep bangunan aman gempa di Yogyakarta. Ini penting, sebab tadi malam (Jumat 17/3/2023,red) kami sudah merasakan ada gempa,” kata Sukiman yang didampingi Kabupaten Rokan Hulu, Novli Wanda Ade Putra, ST, MSi; dan Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rokan Hulu, Herry Islami, ST, MT.
Pembangunan Asrama Mahasiswa ini menggunakan dana APBD Kabupaten Rokan Hulu sebesar Rp 1,3 miliar. Bupati berharap kehadiran Asrama ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menjaga silaturahmi antar mahasiswa Rokan Hulu yang ada di Yogyakarta.
“Saat ini ada sekitar 300 mahasiswa Rokan Hulu yang sedang menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi Yogyakarta. Walaupun kecil, kami mengharapkan tahan gempa. Kita mudah membangun, tetapi yang sulit itu merawatnya,” kata Sukiman.
Sementara Prof Ir H Sarwidi, MSCE, PhD, IP-U, A-Utama, Guru besar senior bidang rekayasa kegempaan/bangunan tahan gempa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta mendapat kepercayaan untuk menyelesaikan pembangunan Asrama Mahasiswa Rokan Hulu ini. Sarwidi akan menggunakan konsep bangunan aman gempa yang komprehensif.
Dijelaskan Sarwidi ada tiga pertimbangan dalam membangun asrama tersebut. Pertama, mengikuti kondisi alam sesuai dengan tata ruang yang mengadaptasi pertimbangan bencana gempa. Kedua, menggunakan konsep elemen struktur bangunan tahan gempa. Ketiga, mempertimbangkan aspek ramah gempa untuk elemen non-struktur, arsitektural, dan elemen-elemen pendukungnya.
“Ketiga hal tersebut sangat penting diterapkan untuk mengupayakan secara maksimal keselamatan penghuni dan para tamunya manakala terjadi guncangan gempa kuat yang sewaktu-waktu dapat terjadi,” tandas Sarwidi yang juga Pembina Museum Gempa Prof Dr Sarwidi (MuGeSa) Kaliurang ini.
Semua wilayah DIY, tambah Sarwidi, rawan terhadap ancaman bencana gempa bumi dan tentu saja juga rawan terhadap jenis bencana alam lainnya. “Dengan demikian, pembangunan infrastruktur di wilayah ini harus mengadaptasi dengan kondisi alam yang rawan gempa,” saran Sarwidi. (*)