YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Prof Dr H Mohammad Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) mengungkap ada dua indikator untuk menuju Indonesia Emas di tahun 2045. Pertama, Indonesia memiliki pendapatan perkapita sebesar 23.900 USD atau Rp 358,5 juta. Kedua, saat ini Indonesia sudah masuk ke dalam kelompok 20 negara besar (G20).
“Besok kita bisa masuk lima besar. Dalam trajektori internasional, kekuatan-kekuatan negara sudah dipetakan pada tahun 2045. Menurut studi, urutan negara lima besar adalah pertama RRC, kemudian disusul Amerika Serikat, India, dan Jepang atau Indonesia yang keempat,” kata Mahfud MD saat menyampaikan pidato pada Dialog Kebangsaan ‘Imaji Satu Abad Indonesia’ di Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (26/7/2022).
Dialog Kebangsaan ini menghadirkan pembicara KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Prof Musa Asy’arie, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010-2014. Sedang moderator Irfan Junaidi, Pimpinan Redaksi Republika.
Lebih lanjut Mahfud MD menjelaskan pada satu abad yaitu tahun 2045, Indonesia sudah mencapai sosoknya yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. “Itu tertuang pada Pembukaan UUD 45 alinea dua,” kata Mahfud.
Kemudian pada dua Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2010 dan Nomor 15 Tahun 2016 tentang program Indonesia Emas. Hingga saat ini masih ada perdebatan apakah Indonesia akan maju di tahun 2045. “Cita-cita ini akan tercapai kalau seluruh elemen bangsa berusaha dengan sungguh-sungguh,” tandas Mahfud.
Sementara Rektor UII, Prof Fathul Wahid, ST, MSc, PhD mengharapkan dialog kebangsaan ini bisa melantangkan pesan-pesan reflektif kepada khalayak luas. Kiat bisa menggunakan beragam bingkai dalam melakukan refleksi. Salah satunya Pancasila, yang merupakan kekayaan luar biasa yang telah menjadi pengikat bangsa Indonesia.
Menurut Fathul Wahid, sila dalam Pancasila menjadi obor penunjuk jalan bagi bangsa Indonesia untuk meraih cita-cita. “Dua sila pertama bisa kita anggap sebagai titik pijak, yaitu nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Dua sila selanjutnya, persatuan dan permusyawaratan atau demokrasi, menjadi prasyarat. Satu sila terakhir, sebagai tujuan utama berbangsa dan bernegara, keadilan sosial,” kata Fathul Wahid. (*)