YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Memahami budaya suatu bangsa memudahkan seorang diplomat berkomunikasi dan bernegosiasi dengan masyarakat negara tempat bekerja. Karena itu, calon-calon diplomat hendaknya mempelajari budaya berkomunikasi berbagai negara.
Muhamad Wahid Supriyadi, Penulis Buku Diplomasi Ringan dan Lucu pada ‘Bedah Buku dan Webinar: Diplomasi di Era Milenial’ Jumat (20/11/2020). Bedah Buku dan Webinar ini diselenggarakan Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia (PSHI FPSB UII).
Selain Supriyadi, bedah buku ini menghadirkan pembicaraYazid Mahfudz (Bupati Kebumen), Suradi (Editor & Jurnalis Senior), Dewi Anggraeni (Jurnalis Senior & Novelis), Victor Pogadaev (Associate Professor, University of Malaya), Usmar Salam (Associate Professor, UGM), dan Hangga Fathana (Assistant Professor, UII).
Supriyadi pernah menjadi diplomat di Australia, Uni Emirat Arab, Federasi Rusia dan Republik Belarus memulai karirnya di Departemen (Kementerian, kini) Luar Negeri tahun 1985. Pos pertama di Kedutaan Besar Indonesia Australia di Canberra (1989-1993). Kedua, menjabat Wakil Konsul Indonesia di Melbourne (1995-1999). Ketiga, menjadi Konsul Jenderal di Melbourne (2004-200).
Tahun 2009-2011 dipercaya menjadi Duta Besar untuk Uni Emirat Arab (UEA). Sejak Maret 2016 – sekarang menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Federasi Rusia dan paruh waktu di Republik Belarus.
Berdasarkan pengalaman Supriyadi, budaya komunikasi satu negara dengan negara lain berbeda. Ia mempunyai pengalaman yang tidak terlupakan yaitu menerapkan budaya berkomunikasi dan membuat jaringan Australia di UEA. Ternyata tidak berjalan.
“Di Australia, cara ampuh menjalin networking adalah dengan mengundang makan siang atau makan malam. Ternyata hal ini tidak berlaku di UEA. Di negeri super makmur ini mereka belum tentu datang kalau kita undang makan, walaupun sudah mengatakan insya Allah,” kata Supriyadi.
Sedang di Rusia, cara membuat networking lain lagi. Jika belum kenal, kesannya orang Rusia sangat dingin dan kaku. Tetapi kalau mereka ditegur duluan, ternyata sangat ramah.
Sementara Rektor UII, Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengatakan ada tiga fungsi diplomat yaitu dakwah bil hikmah, mauidhoh hasanah, dan wajadilhum bil lati hiya ahsan. Dakwah bil hikmah itu memperlihatkan sebagai warga negara Indonesia yang baik di luar negeri. “Tanpa menjelaskan apa itu Indonesia, orang di luar negeri sudah mengetahui melalui tingkah laku orang Indonesia di luar negeri,” kata Fathul Wahid.
Kemudian dakwah kedua adalah mauidhoh hasanah yaitu memberikan kesan yang baik tentang Indonesia kepada orang lain di luar negeri. Sedang dakwah ketiga, wajadilhum bil lati hiya ahsan yaitu berdebat tentang Indonesia dengan cara yang baik.