Mental Sehat, Kerja Selamat

Chancard Basumerda. (foto : istimewa)
Chancard Basumerda. (foto : istimewa)

Oleh : Chancard Basumerda *)

BEBERAPA waktu yang lalu kita sering mendengar orang yang melakukan bunuh diri dengan melompat dari gedung tinggi atau menabrakkan diri di rel kereta api. Apakah mental mereka sehat? Jelas tidak. Hal ini sangat mengenaskan dan memprihatinkan, maka instansi perlu meninjau kembali karyawannya. Mungkin banyak yang terlihat sehat secara fisik, namun belum tentu sehat mentalnya.

Bacaan Lainnya

Kesehatan mental karyawan sangat berpengaruh pada produktivitas dan suasana kerja di instansi. Ketika karyawan merasa stres dan cemas, hal ini tidak hanya mempengaruhi kinerja individu tersebut, tetapi juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang kurang kondusif bagi tim secara keseluruhan.

Oleh karena itu, instansi seharusnya tidak hanya fokus pada aspek fisik seperti keselamatan kerja, tetapi juga menyediakan program dukungan kesehatan mental, seperti konseling, pelatihan manajemen stres, dan cuti kesehatan mental. Dengan langkah-langkah ini, instansi dapat membantu mencegah tragedi yang diakibatkan oleh gangguan mental dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental karyawan adalah faktor individu, faktor lingkungan kerja, dan faktor organisasi.

Faktor Individu
Stres dan kecemasan karyawan akan mempengaruhi kualitas kerja. Mereka akan selalu merasa was-was saat bekerja, sehingga tingkat produktivitasnya bisa mengalami penurunan. Selain itu, bila karyawan yang mengalami stres yang berkepanjangan, dari sisi kesehatan, dapat memicu hormon kortisol dan adrenalin yang mengeluarkan histamin,sehingga mengakibatkan kulit orang tersebut menjadi gatal-gatal. Hal ini akan membuat ketidaknyamanan saat bekerja atau pun kegiatan lainnya.

Faktor Lingkungan Kerja
Beberapa indikator terkait lingkungan kerja adalah suhu, tingkat pencahayaan, dan sirkulasi udara di ruangan kerja. Indikator-indikator tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan karyawan saat bekerja, sehingga instansi harus bisa memperhatikan hal tersebut agar mereka selalu merasa nyaman di ruangan tersebut.

Faktor Organisasi
Hubungan antar karyawan dengan pimpinan dan sejawat, juga menarik untuk ditinjau kembali, apakah hubungannya baik atau sebaliknya. Bila hubungannya kurang baik, akan mempengaruhi kinerja karyawan dalam melakukan pekerjaan di instansi tersebut.

Dengan faktor-faktor diatas akan terlihat kepuasan kerja karyawan (motivasi dan komitmen) dengan instansi tempat bekerja.

Menyadari pentingnya kesehatan mental di tempat kerja adalah langkah awal yang krusial bagi setiap instansi. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental karyawan, instansi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan harmonis. Ini tidak hanya akan meningkatkan produktivitas, tetapi juga memperkuat loyalitas karyawan terhadap instansi, yang pada akhirnya mendukung keberlanjutan dan kesuksesan jangka panjang.

Selain itu, dukungan terhadap kesehatan mental karyawan juga mencerminkan tanggung jawab sosial instansi. Ketika intansi memberikan perhatian serius pada kesejahteraan mental, mereka berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih sehat dan stabil. Langkah ini juga dapat mengurangi stigma seputar masalah kesehatan mental, mendorong karyawan untuk mencari bantuan tanpa rasa takut atau malu. Dengan menciptakan lingkungan yang terbuka dan suportif, karyawan akan merasa lebih dihargai dan didukung. Hal ini dapat meningkatkan semangat kerja serta rasa keterlibatan mereka dalam berorganisasi.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pemimpin perusahaan untuk mengambil tindakan proaktif dalam mendukung kesehatan mental karyawan. Investasi dalam program kesejahteraan mental tidak hanya merupakan langkah yang bertanggung jawab secara sosial, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas. Dengan menciptakan budaya kerja yang mendukung keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental, intansi dapat mencapai kinerja optimal dan kesejahteraan kolektif di tempat kerja. Instansi yang selamat jika mental karyawannya sehat wal’afiat. (*)

*) Mahasiswa Program Studi Rekayasa Industri pada Program Doktor Universitas Islam Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *