YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka seharusnya menggunakan konsep pendidikan yang telah dibangun Ki Hadjar Dewantara (KHD). Sebab tujuan pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara mewujudkan manusia merdeka lahir dan batin.
Demikian diungkapkan Dr Taufikin, MSI, Dosen Ilmu Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus pada Bedah Desertasi ‘Nilai-nilai Sufistik dalam Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara’ secara virtual Kamis (1/4/2021). Desertasi ini ditulis Taufikin untuk meraih gelar doktor di IAIN Walisanga Semarang, Jawa Tengah.
Bedah Desertasi ini digelar Program Studi Doktor Hukum Islam (DHI) dan Magister Ilmu Agama Islam (MIAI), Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) bekerjasama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus. Pembedah desertasi Dr Drs M Hajar Dewantoro, MAg, Dosen FIAI UII dan Kyai Nur Khalik Ridwan, Peneliti PSI UII dan Pegiat Tasawuf.
Lebih lanjut Taufikin mengatakan desertasi ini berupaya untuk melengkapi desertasi tentang pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebelumnya. “Desertasi ini ditulis adanya kegelisahan perubahan kurikulum dari pendidikan berkarakter, pendidikan budi pekerti, dan terkini pendidikan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.
“Di sini ada inkonsistensi pendidikan budi pekerti terhadap seorang anak. Saat berada di lembaga pendidikan masih terkontrol, tetapi saat berada ranah publik dan misalnya setelah menjadi pejabat, perilakunya bertentangan dengan saat berada di lembaga pendidikan. Ada inkonsistensi,” kata Taufikin.
Dijelakan Taufikin, pendidikan saat ini hanya menekankan pada aspek intelektualnya saja. Menurutnya, kondisi ini belum seimbang dari tujuan pendidikan yang digagas Ki Hadjar Dewantara. “Pendidikan itu harus fokus pada dua dimensi yaitu dimensi eksoteris atau jasmaniah, dan dimensi isoteris atau batiniah,” kata Taufikin.
Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, kata Taufikin, linier dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan itu menuju merdekanya seorang manusia pada aspek eksoteris dan isoteris/batiniah. Bahkan Ki Hadjar Dewantara menomorsatukan rahayu batin atau jiwa sebagai tujuan utama pendidikan.
“Dalam pendidikan kita, urusan jiwa, roh dan batin sangat sedikit tersentuh. Kalau di kampus hanya Prodi Tasawuf dan Psikoterapi saja yang melihat jiwa sebagai core pendidikan. Padahal pandangan Ki Hadjar Dewantara, jiwa harus dibangun sebagai kesatuan yang menyeluruh,” katanya.
Sementara Ketua Prodi DHI FIAI UII, Dr Yusdani mengatakan sangat mengapresiasi Bedah Desertasi ini. Sebab desertasi yang dibedah memuat tentang pemikiran bapak pendidikan Indonesia. “Semoga bedah desertasi ini dapat menghasilkan inspirasi baru untuk memecahkan persoalan bangsa,” kata Yusdani.