KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Manusia dituntut tidak hanya beragama secara ritual saja, tetapi juga secara spiritual. Sebab agama tidak hanya dipahami sebagai sebuah tuntunan ritual ibadah, melainkan merupakan satu kesatuan antara aspek eksoteris dan esoteris. Sehingga kenikmatan dan keindahan dalam beragama tidak hanya bersandar pada aspek rasio, namun juga merasuk ke batin.
Muhammad Aziz, Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengemukakan hal tersebut pada khotbah Idul Fitri1444 H di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (21/4/2023). Shalat Idul Fitri diikuti ribuan warga Kulonprogo dan warga yang datang dari perantauan.
Lebih lanjut Muhammad Aziz yang juga Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Tiongkok mengatakan aspek penting dalam beragama adalah spiritualitas. Seseorang dapat merasakan kehadiran Allah SWT dekat dengan dirinya dan selalu mengawasi kemana dan di mana seseorang berada.
Dalam khazanah perkembangan pemikiran Islam terdapat tiga model pendekatan yaitu bayani, burhani, dan irfani. Model bayani adalah metodologi berpikir berdasarkan pada teks. Model burhani adalah metodologi berpikir bersumber pada nalar. “Sedang model irfani yaitu pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalaman batin, dzawa, qalb, wijdan, bashirah, dan intuisi,” katanya.
Spiritualitas, kata Aziz, tidak hanya dengan Allah SWT, tetapi juga harus terefleksi dalam hubungan sosial. Sebab spiritualitas merupakan keimanan yang inheren. Artinya, jika spiritualitas sudah tertanam di benak kaum muslim akan berpengaruh pada pergaulan sosial.
“Jika seseorang menjalankan ibadah dengan tekun, namun masih melakukan perbuatan tercela dan tidak memperdulikan terhadap sesama, seperti korupsi, menyuap, flexing, menganiaya, maka spiritualitas yang ada dalam sanubari seseorang telah terkoyak,” tandas Aziz. (*)