Nashrullah Setiawan : Metode 5S Dapat Tingkatkan Efisiensi Pengelolaan Sampah

Nashrullah Setiawan saat menjelaskan tentang Metode 5S kepada wartawan. (foto : screenshotzoom/heri purwata)
Nashrullah Setiawan saat menjelaskan tentang Metode 5S kepada wartawan. (foto : screenshotzoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Nashrullah Setiawan ST, MSc, PhD, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengungkapkan Metode 5S atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dapat membantu tingkatkan efisiensi tata kelola sampah. Penerapan Metode 5S ini bisa dimulai dari pemilahan sampah.

“Pemilahan bisa dimulai dari rumah tangga, industri, sampai ke masyarakat. Pemilahan ini untuk memudahkan proses selanjutnya. Untuk sosialisasi penerapan Metode 5S ini bisa ke masyarakat hingga birokrat sebagai pemegang kebijakan,” kata Nashrullah Setiawan yang didampingi Dr Drs Imam Djati Widodo, MEngSc, Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII kepada wartawan secara virtual, Selasa (11/3/2025).

Bacaan Lainnya

Nashrullah Setiawan menjelaskan 5S adalah Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke atau dalam Bahasa Indonesianya, Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin. Metode 5S atau 5R ini merupakan metode manajemen Jepang yang bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang efisien, aman, dan produktif melalui pemilahan, penataan, pembersihan, standarisasi, dan pembiasaan.

Selama ini, kata Nashrullah Setiawan, Metode 5S banyak diterapkan pada dunia industri. Bahkan Metode 5S menjadi konsentasi penelitiannya untuk meraih gelar Doktor pada The Faculty of Industrial And Manufacturing Technology And Engineering, Universiti Teknikal Malaysia Melaka.

Dalam desertasinya, Nashrullah Setiawan mengangkat judul The Relationship of Socio-Technical 5S Practices on Sustainability Performance Through Relational Coordination In Java Island Manufacturing SMES (Hubungan Sosio-Teknis Praktik 5S terhadap Kinerja Keberlanjutan melalui Koordinasi Relasional pada UKM Manufaktur di Pulau Jawa).

Nashrullah Setiawan menjelaskan peningkatan kinerja keberlanjutan (sustainability performance) menjadi salah satu parameter penting dalam memperkuat daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di sektor manufaktur, khususnya di Pulau Jawa, Indonesia. Parameter tersebut menunjukkan adanya upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara capaian kinerja keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan sosial.

Untuk mencapai kinerja keberlanjutan, sudah banyak UKM mengadopsi mempraktikan Metode 5S dan telah terbukti efektif dalam memperbaiki efisiensi dan kualitas kerja. “Namun dalam tinjauan kajian empiris, peranan faktor sosial seperti komitmen pimpinan, keterlibatan karyawan, dukungan pelatihan, sikap, dan budaya kerja masih menjadi tantangan dalam penerapan praktik 5S secara berkesinambungan,” kata Nashrullah Setiawan.

Praktik Metode 5S, kata Nashrullah, cenderung dipahami sebagai pendekatan langkah prosedur yang lebih bersifat teknis operasional. “Ketidakseimbangan antara sudut pandang aspek sosial dan teknis tersebut merupakan salah satu kesenjangan. Itu menjadi hambatan untuk kesinambungan praktik 5S dalam jangka waktu panjang,” katanya.

Selain itu, tambah Nashrullah, berdasarkan kajian lapangan pada UKM manufaktur didapati fakta bahwa praktik 5S seringkali diabaikan. Pengabaian terjadi ketika karyawan di seluruh lini departemen kerja mengalami peningkatan beban kerja dan kompleksitas tugas.

“Fenomena ini mengindikasikan bahwa praktik 5S belum menjadi prioritas sebagai dasar proses perbaikan operasi manufaktur secara berkelanjutan pada UKM. Karena itu, praktik 5S harus diintegrasikan dengan sistem manajemen standar seperti manajemen mutu (ISO 9001), manajemen lingkungan (ISO 14001), manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (ISO 18001), dan berbagai platform sistem manajemen lainnya,” kata Nashrullah.

Menurut Nashrullah, validitas hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh aspek sosial praktik 5S memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan. Sedang aspek teknis tidak memiliki pengaruh langsung secara signifikan terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan.

“Namun demikian, melalui peranan mediasi koordinasi relasional dengan berbagai pemangku kepentingan, integrasi kedua aspek baik sosial dan teknis dalam praktik 5S memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja keberlanjutan,” katanya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *