KULONPROGO, JOGPAPER.NET — Pemerintah dan masyarakat Kapanewon Temon, Kabupaten Kulonprogo mendukung percontohan Rempah Merah Nusantara (RMN) yang digelar di Gedung Olah Raga (GOR) Kalurahan Kedundang Sabtu-Ahad (1-2/10/2022). Rempah Merah Nusantara mengangkat tema ‘Panggungnya Pelajar dan Mahasiswa untuk Asah Talenta.’
“Kami pemerintah dan masyarakat Kapanewon Temon, menyambut baik terhadap insiatif Bakor PKP (Badan Koordinasi Paguyuban Kulonprogo) yang memilih Kapanewon Temon sebagai lokasi percontohan Rempah Merah Nusantara. Hal ini tentu sangat memotivasi kami untuk bangkit dan lebih serius menyambut kehadiran Bandara Internasional Yogyakarta Airport (YIA),” kata Drs Agus Hidayat MSi, Panewu Temon, usai rapat koordinasi seluruh elemen pemerintah dan masyarakat Kapanewon Temon, Senin (26/9/2022).
Pertemuan tersebut digelar pukul 09.00 – 12.00 WIB mengundang lurah, carik, dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dari 15 kalurahan di wilayah Kapanewon Temon. Selain itu, juga hadir perwakilan semua jenjang sekolah di wilayah Kapanewon Temon, Manajemen Hotel Grand Dafam Signature International Airport Yogyakarta, Hotel Cordia, Manajemen YIA dan Pendamping Desa.
Lebih lanjut Agus Hidayat merasa gembira, karena di tengah suasana masyarakat Temon yang belum memiliki gagasan bagaimana bersikap dalam menyambut kehadiran Bandara, Bakor PKP hadir menijadi mitra dalam merancang bangunan sosial ekonomi masyarakat. Saat ini ada dua hotel berbintang yang sudah beroperasi, dan sudah ada beberapa bangunan hotel berbintang, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan dan sebagainya.
Pelan tapi pasti, tambah Agus Hidayat, kawasan aerocity atau aerotropolis akan terus bertumbuh mewarnai kawasan di sekitar bandara. Maka sudah saatnya pemerintah dan masyarakat Temon segera bergegas dan cancut mempersiapkan diri untuk beraksi dan mengambil posisi. “Jangan sampai apa yang dikhawatirkan oleh banyak orang, masyarakat Temon hanya akan menjadi penonton, justru itu akan terjadi,” imbuhnya.
Menurut Nandang Suhendar, Direktur of Sales Hotel Grand Dafam Signature International Airport Yogyakarta telah dirancang dengan mengakomodir potensi dan keunikan lokal Kulonprogo. Berbagai kekayaan alam, lingkungan sosial dan seni budaya Kulonprogo sudah menjadi warna khas Hotel Dafam.
“Karena itu, kami sangat menyambut baik gagasan Rempah Merah Nusantara ini, dan siap berkolaborasi,” kata Nandang Suhendar yang hadir dalam rapat koordinasi mempersiapkan soft opening Rempah Merah Nusantara.
Mantaya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kulonprogo yang turut hadir dalam pertemuan ini, menyampaikan pengamatannya. Menurutnya, sampai saat ini kehadiran Bandara YIA belum banyak dirasakan masyarakat sekitar. Prosentasenya sangat kecil dari penumpang Bandara YIA yang membelanjakan uangnya di Kulonprogo.
Mayoritas penumpang hanya transit di Bandara, kemudian langsung dijemput atau melanjutkan perjalanan ke Purwokerto, Magelang, Yogyakarta, Solo dan sebagainya. Karena faktanya, suasana di sekitar Bandara belum kondusif. “Sing tuku ra teka-teka, sing teka ra tuku-tuku!”, ungkap Mantaya mengekspresikan kegundahannya sebagai pengusaha kuliner yang berlokasi dekat Bandara.
Sementara Agus Triantara, Sekretaris Umum Bakor PKP Jakarta, menegaskan maksud dan tujuan menggelar Rempah Merah Nusantara (RMN). Kegiatan ini sebagai upaya mencari solusi di tengah pergerakan dan perlombaan bisnis pasca hadirnya Bandara YIA. Menurutnya, sekecil apapun ikhtiarnya, yang penting masyarakat terus bergerak, walaupun hanya melalui sektor seni budaya dan pariwisata.
“Dua agenda utama yang ingin kita bidik dengan kegiatan RMN ini. Pertama, kita ciptakan RMN sebagai panggungnya pelajar dan mahasiswa untuk asah talenta. Kedua, dampak dari kerumunan massa yang menyaksikan panggung pelajar dan mahasiswa itu kita olah dan kita berdayakan sebagai ajang bisnisnya UMKM. Sinergi simbiosis mutualisme!” kata Agus Triantara.
Menurut Agus Triantara percontohan atau soft opening Rempah Merah Nusantara sebagai panggungnya pelajar dan mahasiswa sekaligus sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat desa. (*)